Ketika sampai di sekolah, kening Yumi langsung mengerut bak kekurangan anti aging melihat banyaknya siswa yang berkerumun di depan papan pengumuman. Karena penasaran, Yumi langsung menarik Risa yang kebetulan ada di antara kerumunan tersebut.
“Ada apaan sih, Sa? Ada yang bagi-bagi sembako, ya?”
“Hush ... ngaco aja lu! Ini ada pengumuman lima besar calon ketua OSIS tahun ini. Nanti siang ada acara pemilihannya,” jelas Risa panjang lebar sambil membetulkan letak kerudungnya yang tak simetris.
“Pemilihan ketua OSIS? Sejak kapan? Kok gue baru denger?”
“Ya elah~ lemot lu kebangetan amat sih. Ini berita kan udah dari kapan tau diumuminnya. Oh ya, si Vano juga kepilih tuh jadi kandidat ketua OSIS! Hebat juga tuh anak. Diem-diem menghanyutkan,” jelas Risa lagi.
“Vano? Calon ketua OSIS? Masa sih?” sahut Yumi tak percaya.
“Lihat aja tuh sendiri! Di papan ada tulisannya, noh!” Risa menunjuk sebuah kertas putih dengan tulisan tebal di tengah-tengah papan pengumuman.
Makin penasaran, Yumi mencoba menyeruak di antara kerumunan yang ada di depan papan pengumuman agar bisa membaca tulisan di kertas tersebut dengan jelas. Bola mata Yumi pun berlarian menelusuri tiap kalimat yang ada di sana dan langsung berhenti ketika menemukan sebuah nama yang sedari tadi dia cari.
2. Vanodion Renaldy Putra
“Gimana? Bener kan apa kata gue?” sungut Risa sedikit jengkel pada Yumi yang sering ketinggalan informasi tentang apa yang terjadi di sekolah mereka.
“Iya, bener. Hebat juga ya dia.” Keduanya pun berjalan bersisian menuju kelas mereka.
“Katanya sih itu udah jadi cita-citanya dari SMP. Katanya dulu waktu SMP dia pernah jadi anggotanya tapi belum kesampean jadi ketua. Gichu loh, Non!” cerocos Risa yang sepertinya selalu punya berita terbaru yang ada di seluruh penjuru sekolah.
“Kok lu bisa tau? Kan lu nggak begitu deket sama dia.” Yumi menyipitkan mata dan memandang sahabatnya itu dengan heran.
“Yaaah ... lu ke mana aja selama temenan sama gue? Kan, waktu kelas 1 gue sempet naksir dia. Jadi dulu gue sering nyari tau segala informasi tentang dia. Gitu loh!”
“Oh, gitu ya?”
“Eh, tuh si Vano dateng!” Risa menepuk lengan Yumi dan sahabatnya itu langsung refleks menoleh ke arah pintu kelas.
Sebenarnya Yumi kenal Vano dari awal masuk paskibra. Cowok itu sempat direkrut untuk menjadi anggotanya juga, tetapi mungkin paskibra bukan passion-nya. Vano pun beralih ke ekskul PMR dan sekarang di kelas dua ini keduanya sekelas.
Banyak yang bilang Vano itu manis, cakep, baik dan lain-lain. Cowok itu memang punya wajah sedikit blasteran asia timur dengan mata sipit yang nyaris hilang ketika tersenyum. Rambut tebalnya pun berwarna cestnut brown. Jangan lupakan ceruk kecil di pipinya yang membuat senyumnya semakin manis. Penampilan sempurna untuk dijadikan idola seluruh siswi di sekolah mereka. Jadi, jangan heran kalo ada kakak kelas dadah-dadah sambil tersenyum memanggil namanya.
“Van, selamat ya! Gue doain lu bisa jadi ketua OSIS,” ucap Risa pada Vano yang kini sedang meletakkan tasnya di atas meja yang bersebelahan dengan meja Yumi.
“Thanks, Ris. Oh ya Mi, gue pinjem binder lu dong!” kata Vano yang ternyata lebih tertarik dengan binder Yumi ketimbang pengumuman kandidat ketua OSIS.
“Binder gue? Buat apaan?” tanya Yumi heran.