Sang Rembulan dari Ujung Pandang

Blue Sky
Chapter #12

Transisi

Seorang putri kesayangan Raja harus dikorbankan kepada rajawali raksasa yang ingin memorak-porandakan negerinya. Raja tersebut sama sekali tak tega membiarkan putrinya akan menjadi santapan rajawali raksasa. Kemudian dibuatlah sayembara, bagi siapa pun yang dapat menaklukkan rajawali akan dinikahkan dengan putrinya yang jelita.

Putri jelita diikat pada sebuah pohon tempat di mana rajawali itu mencabik-cabiknya. Sang putri merasa kesedihan yang amat dalam. Ia hanya bisa berharap pada sebuah keajaiban, berharap bahwa ada seseorang yang dapat menolongnya. Sayangnya, tiada seorang pun yang berani untuk menaklukkan rajawali raksasa tersebut dan sang putri telah pasrah kepada kematiannya.

Tak lama kemudian seorang pria yang gagah perkasa menghampiri sang putri. Pria itu menemani sang putri dan berhasil menaklukkan rajawali raksasa. Doa putri jelita itu terjawab sudah. Ia berterima kasih dengan pria yang sudah menolongnya itu. Sang Putri juga mengajak pria itu ke kerajaan untuk mendapatkan hadiah atas apa yang telah ia lakukan.

“Aku tidak menginginkan hadiah apa pun, Putri. Aku ikhlas membantu,” pungkas pria itu.

Putri Raja itu berpikir sejenak. “Kalau begitu, ambillah selendangku sebagai ucapan terima kasihku. Bagaimanapun juga, nyawaku selamat karenamu. Jika kamu tidak datang menyelamatkanku, aku sudah mati karena rajawali raksasa itu.” Sang putri memberikan selendang panjang berwarna biru kepada pria yang sudah menolongnya itu.

“Tidak perlu berlebihan, Putri. Bukankah sesama manusia kita wajib menolong? Tetapi terima kasih untuk selendangnya.” Pria itu tertawa ringan. “Kalau begitu saya pamit, Putri. Saya harus melanjutkan perjalanan lagi,” ujarnya.

Putri jelita itu mengangguk dan membiarkan pria gagah itu beranjak dari hadapannya. Di belakangnya, suara warga sedikit riuh. Orang-orang yang bersembunyi di balik semak akhirnya muncul dan memotong-motong tubuh rajawali raksasa itu bak pahlawan kesiangan, berharap bahwa mereka salah satunya terpilih menikah dengan putri jelita.

Esok harinya, pesta besar digelar di kerajaan untuk merayakan keadaan putri raja yang selamat dari rajawali raksasa. Acara pertunjukan amat meriah dan kerajaan juga mengadakan lomba bola kaki.

Sang Putri mendapati pria yang mengenakan selendang kepunyaannya, diikat di lengan kanan. Putri tahu bahwa pria itu adalah pria yang sudah menyelamatkannya. Putri akhirnya menceritakan perihal pria yang sudah menyelamatkannya itu. Raja kagum dengan pria itu dan memilih menikahkan dengan putrinya.

“Selesai.” Sawerigading menatap Kenala yang telah sayup-sayup matanya. Perempuan itu berbaring di sisinya. Dua buah cerita telah Sawerigading kisahkan kepada perempuan yang sudah menjadi istrinya itu.

Senyum Sawerigading mengembang sempurna. Lalu dibawa Kelana ke dekapannya. “Istiarahatlah!” Diberikan satu kecupan manis di pipi Kenala.

Kenala manggut-manggut. “Apakah kau akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pria itu kepada putri raja? Apakah kau akan menyelamatkan aku di manapun aku berada?” Kenala bertanya sembari menutup matanya.

“Selalu. Aku akan menyelamatkanmu di manapun kamu berada, Rembulanku.”

Senyum Kenala mengembang sempurna mendengar jawaban Sawerigading. Matanya yang telah mengantup itu kian membawanya pergi jauh. Lebih jauh dari La Tanete, lebih jauh dari Negeri Cina, dan lebih jauh dari alam mimpi.

“Aku mencintaimu, Sawerigading. Sangat-sangat mencintaimu.” Kenala bergumam sangat lirih. Netranya masih terpejam dalam damai. Air bening menetes dari pelupuknya yang tertutup. Berulang kali ia memanggil nama Sawerigading seolah menjadi sebuah mantra kecil untuknya.

Lihat selengkapnya