Sang Rembulan dari Ujung Pandang

Blue Sky
Chapter #21

Arjuna Sakala Nimas

Kenala mematut dirinya di depan cermin yang berukuran persegi panjang. Ia membelinya secara online setelah ia merasa membutuhkan benda itu. Perempuan mana di dunia ini yang tidak bisa hidup tanpa cermin? Sepertinya tidak ada, begitulah yang Kenala pikir. Pasalnya ia sama sekali tak bisa mengindahkan dirinya barang sejenak pun dari cermin. Manusia diciptakan dengan indah, sudah semestinya merayakan keindahan itu dengan bercermin setiap hari, ini adalah salah satu motto hidup Kenala.

Satu ketukan pintu menyapa indera pendengaran Kenala. Kenala tahu betul itu siapa, pastilah I We Cimpau.

"Sebentar!" Kenala sedikit memekik. Ia lantas melenggang ke pintu dan dibukanya pintu kos yang dibalut warna coklat itu.

Benar saja, I We Cimpau yang ada di depan pintu. Perempuan dengan perawakan kecil itu terkekeh pelan. Sudah lama sekali tak ia jumpa dengan I We Cimpau. Selain dari jadwal mereka yang berbeda, Kenala juga jarang berada di kos. Ia menghabiskan waktunya dengan Settiyabonga dan melanjutkan garapan novelnya di kedai kopi.

"Nal, ada aksesoris? Boleh pinjam tidak?" I We Cimpau menunjukan tangannya. "Aku tidak bisa keluar dengan membiarkan tanganku kosong seperti ini. Gelangku hilang," ujarnya.

Aksesoris? Kenala tak pernah memakai aksesoris di tangan dan jari-jemarinya. Gelang dan cincin yang berasal dari mimpi itu bahkan tak pernah ia pakai.

"Oh, sebentar!" Kenala beranjak dari ambang pintu.

Omong-omong soal gelang dan cincin, Kenala memilih untuk meminjamkan gelang dari mimpinya itu kepada I We Cimpau. Daripada tidak dipakai, bukankah lebih baik dipinjamkan? Begitulah pikir Kenala.

Kenala membawa kotak beludru berwarna merah manggis itu dan dibukanya. Ia lalu berikan gelang giok berwarna kelabu dengan sulur emas. "Pakai saja ini! Aku tidak pernah memakainya," ujar Kenala.

I We Cimpau tersenyum lepas. "Ini indah sekali. Terima kasih, Nala. Aku akan mengembalikannya nanti."

Kenala manggut-manggut mengiyakan. "Santai saja! Kamarku tidak pindah, jadi kamu bisa kembalikan kapanpun."

"Omong-omong kamu mau ke mana? Bukankah hari ini kamu tidak ada kelas?" tambah Kenala setelah mendapati I We Cimpau yang amat rapi, surainya digerai tak seperti biasanya diikat seperti ekor kuda.

"Aku ingin jalan-jalan. Kalau begitu aku pergi dulu ya! Terima kasih sudah dipinjami gelangnya!" I We Cimpau melenggang dengan wajah yang sumringah. Perempuan itu juga melambaikan tangannya sembari pergi.

Kenala hanya mengulas senyumnya lalu mengangkat bahunya. "Kelihatannya dia bahagia sekali, seperti mau kencan dengan pacar saja," gumamnya.

Lihat selengkapnya