I We Cimpau tiba di kediaman Arjuna. Pria itu sepertinya ada di rumah, mobil dan motornya sama-sama terpakir di garasi. Tanaman di kediaman Arjuna juga masih basah, seperti baru saja disirami. Ia juga lihat makanan kucing sudah tersedia. Ia hafal betul bahwa pria yang bernama lengkap Arjuna Sakala Nimas itu selalu menyediakan makanan kucing untuk kucing-kucing liar di sekitar rumahnya. Arjuna benar-benar baik hati dan itu kian membuat I We Cimpau jatuh hati.
Mengingat kebiasaan-kebiasaan Arjuna saja membuatnya senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Lantas dengan sedikit ragu juga takut, ia melangkah ke dalam teras. Ia ketuk pelan pintu kediaman Arjuna.
“Kak Juna! Kak, ini We Cimpau.” I We Cimpau berujar sedikit lantang, berharap pria itu dapat mendengarnya.
“Iya, sebentar!” Arjuna sedikit memekik dari balik pintu.
Senyum I We Cimpau kian merekah. Mendengar suaranya saja, sudah membuatnya bahagia. Inikah yang dinamakan cinta?
Tak lama kemudian, Arjuna membuka pintu yang dibalut warna coklat terang itu. Netra I We Cimpau berbinar usai Arjuna ada di hadapannya. Rambut pria itu masih setengah basah dan aroma sabun menguar dari tubuhnya. Agaknya Arjuna baru saja usai mandi.
"Masuklah!"
I We Cimpau manggut-manggut dan segeralah ia masuk ke dalam kediaman minimalis Arjuna. "Ada apa, We Cimpau? Ingin makan sesuatu atau butuh sesuatu?"
I We Cimpau menggeleng dengan cepat. Ia tak butuh sesuatu dan tak ingin makan sesuatu. "Aku ke sini hanya untuk berbicara dengan Kak Juna."
Arjuna mengerutkan keningnya. Terlihat terheran-heran. "Sepertinya serius sekali? Tidak seperti biasanya kamu seperti ini," pungkas Arjuna.
"Kalau begitu duduklah. Aku ingin mendengar apa yang akan kamu katakan," tambah Arjuna sembari ia duduk di sofa dan diikuti I We Cimpau yang duduk di hadapannya.
I We Cimpau sedikit ragu berucap. Ia bahkan tak berani menatap Arjuna yang intens menatapnya, apalagi netra Arjuna yang tajam membuatnya sedikit terintimidasi. I We Cimpau menghalau rasa gelisah yang meradang dalam dadanya. Lalu dengan berani ditatapnya netra indah Arjuna yang tajam itu.
"Kak, sebenarnya aku cinta sama Kak Juna."