Sang Rembulan dari Ujung Pandang

Blue Sky
Chapter #29

Reinkarnasi

Mobil yang dikemudikan Settiyabonga tiba di pelataran kediaman Arjuna setelah menghabiskan hampir setengah jam dari kediaman pribadinya. Ia datang seorang diri dan tak bersama dengan Kenala. Ia sudah berusaha membujuk Kenala untuk turut serta bersamanya, tetapi perempuan itu menolak. Kenala butuh waktu untuk menenangkan diri dan ia pikir ada benarnya apalagi perempuan itu baru saja menumpahkan kesedihannya.

Rintik dari mendung kelabu yang rapat mulai Settiyabonga rasakan. Ia buru-buru melenggang ke teras kediaman Arjuna menghindari kehujanan. Cuaca Yogyakarta sedang sendu-sendunya belakangan terakhir. Agaknya hujan memang sedang merindukan bumi, hingga tiada kesempatan untuk surya bermanja dengan bumi juga seisinya.

Settiyabonga ketuk pelan pintu yang dibalut warna coklat. Tak ada sahutan dari pemilik rumah. Dari balik jendela pun lampu tak menyala. Tak ada tanda kehidupan. Agaknya sang pemilik rumah tak berada di tempat.

"Sepertinya memang Arjuna tidak ada di rumah." Settiyabonga baru tersadar usai tak didapatinya mobil Arjuna yang berada di garasi.

Apakah ia pulang dengan tangan kosong? Settiyabonga bertanya-tanya. Kedatangannya untuk menemui Arjuna memang hanya untuk bercakap-cakap, tetapi ia tak ingin pergi begitu saja sebelum berbincang dengan pria itu.

"Kamu mencari siapa?" Suara tak asing menyapa indera pendengaran Settiyabonga. Ada I We Cimpau yang berada di dekat pelataran Arjuna. I We Cimpau terlihat rapi, mungkin akan berangkat kuliah.

"Kak Juna sedang keluar, aku melihatnya terburu-buru mengemudikan mobil tadi," imbuh I We Cimpau.

"Oh. Mungkinkah dia pulang larut?" Settiyabonga balik bertanya.

I We Cimpau mengangkat bahunya tanda tak tahu.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih sudah memberitahu."

I We Cimpau manggut-manggut mengiyakan. Ia lalu berniat beranjak dari hadapan Settiyabonga. Namun, baru selangkah perempuan itu berhenti lagi. "Terima kasih sudah menasihatiku saat itu. Aku sudah lebih rela menerima semuanya," pungkas I We Cimpau.

Senyum Settiyabonga terukir sempurna. "Sama-sama." Settiyabonga ingat betul apa yang dikatakannya kepada I We Cimpau dan setidaknya itu membuahkan hasil. Sebuah kenyataan yang mesti diterima adalah, tak melulu cinta harus memiliki.

Settiyabonga beranjak dari depan kediaman Arjuna. Ia kembali menuju ke mobilnya dan ia berniat untuk kembali ke kediamannya. Namun, agaknya keberuntungan berpihak kepadanya. Netranya menangkap mobil Arjuna yang baru saja tiba di kediaman minimalis yang dibalut warna putih itu.

Settiyabonga mengurungkan niat untuk beranjak. Ia kembali tarik kunci mobilnya dan segeralah ia turun dari mobil. Ketika pandangan Settiyabonga dan Arjuna sama-sama saling bertemu, agaknya pria bernama lengkap Arjuna Sakala Nimas itu terkejut. Mungkin karena sudah tak lama bertemu dengan Settiyabonga, sehingga pria itu terkejut.

"Akhirnya kita berjumpa, Arjuna." Settiyabonga bersuara lebih dahulu. Ia mengulurkan tangannya kepada Arjuna yang kini berada di hadapannya.

Arjuna membalas jabat tangan Settiyabonga. "Harus aku akui, kita tidak pernah bertemu secara pribadi. Ada apakah gerangan kamu ke sini?"

Settiyabonga terkekeh ringan untuk sejenak. "Apakah kamu ingin berbicara dengan tamu di depan teras seperti ini?"

Arjuna tertawa lepas. "Maafkan aku! Mari masuk!" Arjuna mempersilakan Settiyabonga masuk ke dalam kediamannya. Ia mempersilakan pria itu duduk di sofanya, lalu disusul ia yang duduk berhadapan dengan Settiyabonga.

"Mau minum sesuatu?"

Lihat selengkapnya