SANTRI SESAT dan TIGA BIDADARI

Dimas Midzi
Chapter #4

IDEOLOGI SANTRI SESAT dalam PESANTREN

Di asrama, mereka berdua dikejutkan dengan selesainya mading sekolah yang telah dipersiapkan. Mading yang digagas putra juga sudah ada di kamar mereka. Tiga opini yang menyita matanya terus memandangi tanpa kedip. Nama pengarangnya jelas terpampang, Abi Yazid al-Busthomi. Bukan hanya opininya yang menarik perhatiannya namun nama pengarangnya memaksanya juga segera menghampiri mading sekolah itu.

“Alaaah Nung, kamu ini kayak, Mei. Sejak pertama mading ini sampai di kamar kita langsung menuju opini, Biyaz.” Alia memberitahukan, Nunung sambil melirik, Mei yang salah tingkah.

“Iya kalian berdua ini sama saja. Sama-sama hanya melihat opini, sambil memicingkan mata lagi kayak orang benar-benar serius.” Ririn, juga menimpali komentar Alia.

“Ini bukan opini biasa, Alia, Rin!!!” jawab, Nunung sambil meneliti satu persatu paragraf yang ada dilembaran opini Mading.

“Pas. Persis tadi juga seperti jawaban, Mei pada kami berdua.” Kata, Alia seraya menunjuk ke arah, Mei.

“Iya Nung. Tadi, Mei waktu lihat opini itu juga sama jawabannya kayak kamu. Bilang opini hebatlah, opini penuh wanacalah dan bla-bla-bla lainnya.” Ririn, membenarkan sambil garuk kepala tak faham.

“Lho, ini coba kalian perhatikan. Selama aku mondok nggak ada tulisan dari santri atau ustadz yang berani menuliskan hal semacam ini. Dari judulnya saja mengundang kontroversi.” Nunung, sembari menunjuk opini yang ditulis, Biyaz.

“Aku memang nggak tahu betul seperti apa mading yang lalu-lalu di sekolah ini. Namun apa yang ditulis, Biyaz ini mengalami lompatan logika dari kebanyakan orang pesantren. Ini bukan opini sembarangan, bisa-bisa memicu konflik di sekolah bahkan pondok ini. Apa yang dikatakan, Nunung itu benar coba lihat judulnya Pluralisme Yes Syariat Islam No, Menggugat Syariat, Mendamaikan Yesus dan Muhammad, Semua Agama adalah Kebenaran. ” Jawab, Mei sambil menuju mading.

“Aku sependapat dengan kamu, Mei” kata, Nunung sembari mengacungkan jempolnya.

@@@@@@@@@

Mading yang terbit perdana langsung diserbu siswa. Mereka banyak yang terheran-heran melihat mading terbitan baru itu berubah total dari desain sebelum-sebelumnya. Hal itu juga membuat kepala sekolah meminta waktu khusus bersama dewan guru lainnya untuk melihat mading yang diterbitkan. Dewan Asatidz yang hari itu datang menghadiri undangan rapat awal kegiatan belajar mengajar semuanya dipersilahkan untuk melihat mading yang diterbitkan oleh Pengurus OSIS beberapa menit lalu, sebelum mengikuti rapat bersama kiai.

Lihat selengkapnya