“Oke kita mulai saja diskusi kita. Dengan cara apa kamu membuktikan bahwa Bible itu banyak kesalahannya. Tolong ini mesti dibuat ilmiah jangan hanya praduga-praduga, dan sertakan dalil-dalil yang bisa memperkuat apa yang kamu bicarakan.” Cristi langsung menanyakan keabsahan Bible yang salalu diragukan banyak kalangan.
“Bagus, sejak dulu saya memang menunggu pertanyaan itu langsung dari kamu, karena kalau saya yang bertanya takutnya menghilangkan etika diskusi kita sehingga menghapus eksistensi. Oke saya jawab dan saya harap kamu menanggapi jawaban saya nantinya. Pertama kita lihat dulu kitab bible kamu dalam perjanjian lama kitab kejadian yang mengisahkan tentang kejadian alam semesta. Kamu bawa kitab Suci kamu?” sambil mengambil tahu goreng yang ada di depannya.
“Iya, tentu kami bawa dan kami sudah menemukan apa yang kamu minta.” Cristi langsung menunjukkan kitab yang dibawanya.
“Kalau begitu kamu sendiri saja yang baca. Nanti saat saya bilang berhenti dan kita butuh diskusikan mencari kebenarannya kita diskusi.” Senyumnya yang khas terus mengembang.
“Dalam kitab ini menyebutkan. Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong, gelap gulita menyelimuti samudera raya dan roh, Allah melayang-layang di atas permukaan air.”
“Cukup sampai disitu dulu bacanya. Menurut kamu bisakah hal itu diterima ilmu pengetahuan dan logika kita saat bible kamu menerangkan Bumi yang belum berbentuk dan kosong, namun sudah ada samudera. Kalau belum berbentuk harusnya juga tidak ada air karena belum ada bentuknya. Bagaimana kamu menerangkan ini semua?” sergah Biyaz dengan nada santai sebagaimana dia kalau lagi berdiskusi.
Anggita dan Cristi hanya saling melempar pandang. Tak pernah dikira sebelumnya ada pertanyaan dan stetmen bible yang tak masuk akal buat mereka bedua. Cristi hanya membolak-balik bible yang dibawanya.
“Ini membuat saya bingung Bi...., dan tentu saya tidak bisa menerangkan ini semua. Seharusnya memang belum ada apa-apa kalau memang bumi belum terbentuk. Hal ini ditolak logika tentunya secara ilmu pengetahuanpun akan tertolak.” Anggita seoalah sependapat dengan argumentasi Biyaz.
“Aku juga sama dengan, Anggita dalam hal ini. Aku sependapat sama kamu, Biyaz.” Cristi juga mengamini pendapatnya.
“Kamu juga akan semakin bingung kalau ayat itu diteruskan. Karena ini memang tidak bisa diilmiahkan dan bahkan bertolak belakang dengan ilmu pengetahuan. Coba kamu teruskan!” pinta Biyaz sambil meminta Nizar mengambilkan snack di dekat kasir.
“Lanjutan ayat ini, Berfirmanlah Allah, Jadilah terang lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik lalu dipisahkan terang itu dari gelap dan, Allah menamai itu siang dan gelap itu malam, jadilah petang dan jadilah pagi. Itulah hari pertama”
“Cukup bacanya dulu sampai disitu. Saya mau tanya, terang yang dimaksudkan itu apa?, Lalu bentuk terang apa yang dipisah dari gelap?, terus kenapa tiba-tiba ada petang dan ada malam pada hari pertama?” dengan sorot mata tajam Biyaz memperhatikan Cristi yang semakin bingung.
“Kenapa semakin bingung saya dengan stetmen Bible saya sendiri. Dan sebelum-sebelumnya saya belum sekritis ini berfikir tentang penciptaan alam semesta versi bible. Malah dalam bible ini matahari baru ada pada hari keempat. Namun kenapa mesti ada gelap dan terang pada hari pertama. Benar-benar tidak ilmiah dan nggak masuk akal.” Cristi wajahnya memerah kebingungan dan sesekali meminum teh hangat pesanannya.
“Menurut, Anggita bagaimana?” pandangan Biyaz dialihkan kepada Anggita yang juga sama-sama kebingungan tak mengerti harus menjawab apa.
“Aku juga sama bingungnya dengan, Cristi. Menurut kamu sendiri gimana, Biyaz?” Anggita bertanyak balik pendapat Biyaz.
“Kalau yang punya kitab suci sendiri saja bingung apalagi saya. Namun kalau boleh saya berpendapat, bahwa sebenarnya pada kitab ini sudah banyak campur tangan manusia, artinya originalitas firman, Tuhan sudah harus dipertanyakan. Karena jelas kalau firman ini benar-benar dari, Tuhan tidak mungkin bertentangan dengan ilmiah dan logika. Masihkah kamu bersikokoh dengan pandangan bahwa kitab suci ini mutlak dari, Tuhan?” senyum khasnya dan gaya penyampaian pendapatnya yang santai sekaligus matanya terus memperhatikan dua orang lawan diskusinya.
Nizar sesekali mencuri pandang terhadap Anggita yang kebingungan. Sementara Cristi masih terus memutar otaknya untuk mencari jawaban dari pendapat Biyaz. Cristi menyadari bahwa kitab kejadian yang ada di bible hampir semuanya bertentangan dengan logikanya. Biyaz terus saja memperhatikan Cristi dengan sorot mata tajam, karena dirinya yakin bahwa stetmennya takkan terbantahkan. Artinya dia satu poin memenangi diskusi itu, besar harapannya Cristi dan Anggita bisa mendapatkan kebenaran dan sangat mungkin juga mendapatkan hidayah.
“Oke, kalian tidak usah semakin bingung. Biarkan bingungnya dengan sendirinya terjawab setelah ini. Coba kalian bacakan kembali bible kalian di, Markus ayat paling terakhir. Insyaallah kalian akan semakin tercengang dengan kenyataan bahwa bible kalian bukan dari, Tuhan.” makanan ringan yang ada di depannya disodorkan sama Cristi dan Anggita biar suasananya santai.
“Oke, disini ayatnya berbunyi. Pergilah keseluruh dunia beritakanlah injil kepada seluruh makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, akan tetapi yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya. Mereka akan mengusir syetan-syetan demi namaku dan akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka.”
“Cukup sampai disitu dulu bacanya, Anggita. Saya mau tanya apakah ini benar-benar dari, Allah bahasanya, dan tidak mungkin mengalami kesalahan redaksi?” Seketika Biyaz memotong bacaan Bible Anggita.
“Aku sangat percaya. Bahkan karena ucapan inilah aku beriman dengan Bible yang ditujukan kepada semua orang. Termasuk aku, Anggita dan tentunya kamu.” Cristi menyelipkan senyum indahnya.
“Oh begitu yah.... oke, nggak masalah kalau memang seperti itu keyakinan kamu. Tapi apakah kira-kira masuk akal dan bisa kamu buktikan kebenaran ayat ini kalau saya meminta kamu melakukan seperti saran dan petunjuk Bible ini?” Biyaz menanyakan kesanggupan Cristi atau Anggita.
“Tentu saya siap. Karena saya sangat yakin ini adalah seruan bible. Makanya saya jadi penginjil selama ini.” Sergah Cristi sekaligus Anggita menganggukkan kepala menyetujui argumentasinya.
“Iya kalau begitu buktikan kebenaran Ayat ini yang mengatakan bahwa “dan akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka”. Maaf ayatnya saya penggal sampai disitu. Bisakah kamu berbicara dengan saya dalam bahasa nenekmoyang saya bahasa Madura?. Atau menggunakan bahasa Arab dan mandarin?. Kalau memang benar ini adalah firman, Tuhan tentu bisa dibuktikan kebenarannya, iyakan?” teh hangat yang ada di depannya diraih kembali untuk diminumnya.
Anggita dan Cristi hanya melongo keheranan dengan pertanyaan yang tak mereka sangka. Pertanyaan yang bersumber dari bible malah membuat mereka tak bisa menjawab keabsahan bible itu sendiri. Mereka berdua hanya diam dan memeriksa kembali bible yang dibacanya barusan.
“Saya yakin kalian berdua takkan mampu melakukan apa yang saya minta, karena itu memang tidak mungkin, pendek kata mustahil. Itulah salah satu kesalahan dan membuktikan bahwa bible ini isinya bukan semua yang difirmankan, Tuhan.” matanya mengeluarkan magnet teduh buat keduanya. Sementara Nizar hanya terus mencuri pandang terhadap Anggita.
Beberapa orang yang ada di Hosen’s culinery malah keasyikan menyaksikan diskusi mereka bertiga. Kebanyakan diantara pengunjung yang hadir, mereka adalah mahasiswa UIN Jakarta. Mereka hampir semuanya mengenal Biyaz, jadi mereka memilih untuk menjadi pendengar untuk menyaksikan diskusi lintas agama. Sementara Nizar dipinta untuk menemui semua pengunjung yang hadir yang kebetulan sejak semula mengikuti jalannya diskusi untuk tetap tenang dan menjaga kesopanan dan kondusifitas keadaan selama diskusi.
“Apakah kalian berdua tidak keberatan ada beberapa pengunjung yang mendengarkan dan mengikuti diskusi kita bertiga?. Kalau kalian keberatan aku siap untuk pindah tempat yang sekiranya membuat suasana privasi kita terjaga?” suara Biyaz terdengar sangat santun dan penuh kedewasaan.
“Aku sama, Anggita tak keberatan kok. Asalkan mereka tidak mengganggu diskusi kita. Artinya cukup kita bertiga saja yang melakukan diskusi, mereka hanya menjadi penonton atau menjadi pendengar saja.” Cristi memastikan kesanggupannya dan permintaan terhadap pengunjung.
“Aku sependapat dengan kalian. Kalau begitu lanjutkan saja diskusi kita biar tak membuang-buang waktu saja. Teruskan ayat yang kamu baca tadi biar tuntas penasaran kalian terhadap kekacauan bible ini.” seraya menyetujui permintaan Cristi, Biyaz memintanya untuk melanjutkan diskusi.
“Dalam bible ini kelanjutannya sebagai berikut. Mereka akan memegang ular dan sekalipun mereka meminum racun maut, mereka tidak akan mendapat cilaka. Mereka akan meletakkan tangannya di atas orang-orang sakit dan mereka akan sembuh.”
“Iya sampai disitu kamu bacanya. Karena dengan itu semua kita tentu bertanya. Apakah itu bisa dibuktikan kebenarannya. Misalkan kamu sekarang saya pinta untuk memegang ular berbisa. Atau sekalian saya sediakan minuman yang beracun. Apakah kamu berani melakukannya?” sambil tersenyum penuh keakraban Biyaz menunggu respon dari kedua lawan diskusinya.