"Keren... keren... keren..." Rizal bertepuk tangan sendiri. Ia menggelengkan kepala takjub dengan cerita yang cukup menegangkan menurutnya.
"Habis itu masih saja diganggu, kang?" tanya Prabu yang masih belum merasa cukup dengan ceritanya. Rasa penasaran yang ada dalam otak Prabu masih bergejolak meminta kelanjutannya.
Rama dan Ilyas saling pandang.
"Setauku, setiap hari Rama pasti ke rumah Pak Yai Rozi."
Rama mengangguk membenarkan.
"Ngapain di sana, kang?"
"Yo ngaji to, Bu..."
"Kamu itu tidak pahaman to, Bu. Kang Rama itu dilatih menyeimbangkan dan menggunakan kemampuan indigonya sama Pak Yai Rozi, agar bisa berkomunikasi sama makhluk berjubah itu. Iya to, kang?"
Rama mengangguk. Tersenyum tipis.
"Jadi, aku itu dipercaya sama Pak Yai Rozi agar menjadi jalan antara makhluk berjubah itu dan santri-santri."
"Latihannya lama, kang?"