Pusing dengan pikirannya yang merasa dirinya direndahkan oleh orang-orang terdekat yang ia kenal, Hakim memutuskan untuk menghabiskan waktu libur pada sore harinya untuk berolahraga di sebuah trek lari yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya.
“Aku akan buktikan kepada semuanya, orang tua, tetangga dan seluruh masyarakat kampung. Akan aku buktikan aku bisa mewujudkan cita-citaku.” Ujar Hakim penuh gelora.
Ia terus meyakinkan dirinya dari dalam hati, bahwa ia mampu mewujudkan cita-citanya.
Beberapa kali putaran Hakim berlari, tak jauh dari pandangannya terlihat seorang bapak-bapak tua yang mendadak bungkuk setelah berlari dan jatuh.
Tak seperti orang-orang lain yang berlari ketakutan dan tidak peduli, Hakim justru mendatangi bapak tua tersebut.
“Nak… ambilkan nak.. Ambilkan…” Ujar bapak tua itu tertatih-tatih.
Bapak tua tersebut pun jatuh pingsan.
“Tolong.. Tolong! Ada orang pingsan disini! Tolong!” Teriak Hakim ke segala arah.
Tampak beberapa orang berlari ke arah Hakim untuk ikut membantu.
“Bapaknya kenapa mas?” Tanya seorang pemuda yang ternyata dia adalah penjaga trek lari tersebut. Terlihat dari pakaian yang ia kenakan.
“Pingsan mas, tolong telepon ambulans.” Jawab Hakim tegas.
Pemuda tersebut lalu berlari entah kemana, sementara Hakim yang dibantu beberapa orang mencoba menggotong bapak tua itu ke tempat yang jauh lebih baik.
***
Setibanya di rumah sakit, Hakim menemani bapak tua itu sendirian di sebuah kamar. Hakim dan penjaga trek lari berbagi tugas, Hakim yang menjaga bapak tua ini, sedangkan penjaga trek standby di trek lari jika sewaktu-waktu keluarga bapak tua ini datang.
“Nak.. Nak.. Saya dimana?” Tanya bapak tua itu yang sudah siuman.