Beberapa bulan telah berlalu, situasi sudah berubah. Hakim kali ini bekerja sebagai karyawan kontrak di sebuah pabrik mobil yang baru dibangun di dekat desanya.
Pada saat itu pabrik tersebut membuka lowongan pekerjaan bagi siapapun tanpa terkecuali, ketika itu pun Hakim masih menganggur dan memutuskan untuk bekerja, walaupun sempat mendapatkan penolakkan dari orang tuanya, Hasan dan Nurlidya.
Namun saat itu situasi benar-benar pelik, Hasan kecelakaan ketika pulang dari mengajar dan ia harus beristriahat di rumah selama dua bulan dan terpaksa cuti sementara menjadi guru. Pemasukkan yang berkurang drastis membuat ide Hakim bekerja diterima oleh orang tuanya walau berat.
Tapi walaupun bekerja kontrak, Hakim sangat disukai oleh orang kantor bahkan atasannya karena sikapnya yang jujur dan cekatan, ia terkadang mendapatkan uang tambahan ketika gajian tiba. Sejatinya Hakim selalu menolak uang tersebut, tapi uang itu adalah murni pemberian dari beberapa atasannya yang suka atas etos kerjanya. Dengan cermat ia mengumpulkan uang tersebut hingga akhirnya bisa terkumpul untuk membeli sebuah sepeda motor walaupun hanya sepeda motor bekas.
Ketika Hakim pulang saat maghrib tiba, ia memutuskan mampir di masjid kampung karena adzan sudah berkumandang. Hakim memarkirkan motornya di halaman masjid lalu pergi berwudhu untuk melaksanakan sholat.
***
Selesai Hakim melaksanakan Sholat, ia dipanggil oleh Haji Firman dan beberapa orang di pelataran masjid.
“Hakim! Sini!”
Hakim lantas melangkahkan kaki dan duduk persis disebelah Haji Firman.
“Assamualaikum semua.” Ucap Hakim syahdu.