“Bagus nggak editannya ? Mau gue post di Instagram nih.” kata Gwen sambil menghadapkan layar ponselnya ke arah Hania dan Abi.
Abi dan Hania memajukan badan dan berusaha menatap layar ponsel Gwen dengan jelas.
“Nggak jelas atuh Neng. Mana aja sini HP-nya.” pinta Abi.
Hania yang berada di samping Abi langsung mendekat setelah Gwen memberikan ponselnya kepada Abi.
“Exposure kayaknya diturunin dikit deh.” komentar Hania.
“Yaps, setuju. Keterangan sih ini.” tambah Abi lalu terkekeh.
“Oke. Itu aja kan ?” balas Gwen.
Abi dan Hania mengangguk dan kemudian mengembalikan ponsel kepada Gwen.
“Gila. Kafe lo rame banget ya Han ? Ini sih balik modalnya bakal cepat banget.” decak Abi sambil melihat pengunjung yang tak henti berdatangan di kafe Hania.
“Iya Han. Tapi coba deh lo tambah pajang foto gue di depan. Pasti bakal lebih banyak lagi yang datang.” usul Gwen dengan sangat percaya dirinya.
“Apalagi kalau lo blur tuh mukanya. Bedeh.. Tambah estetik.” tambah Abi cepat.
“Asem !” ketus Gwen.
Walaupun sibuk, Hania, Abi, dan Gwen selalu menyisihkan waktu untuk bisa berkumpul bersama seperti saat ini. Ditambah lagi sekarang sudah punya tempat nongkrong baru. Lumayan, bisa lebih irit karena dapat diskon setiap kali datang.
“Gimana persiapan nikahan Bi ?” tanya Hania kepada Abi.
“So far so good. Tinggal suvenir sama undangan aja yang belum.” jawab Abi tersenyum, sambil memecahkan bagian atas cream brulee dengan sendok.
“Lo yakin Bi nggak mau kita bantuin ? Acaranya tinggal dua bulan lagi lho.” kata Hania.
“Gue sih pengin banget. Tapi kalian kan tahu sendiri, Adam nggak mau ada campur tangan orang lain. Dia penginnya kita berdua aja yang ngurus semuanya.” balas Abi lalu menyuap suapan pertama cream brulee-nya.
“Lo udah pernah cek isi kepala Adam belum Bi ? Jangan-jangan udah bukan otak lagi. Tapi batu. Keras kepala banget nggak mau dibantuin. Lagian kan yang mau kita bantuin elo bukan dia. Lo kan sahabat kita, dia mah bukan.” cibir Gwen.
“Gwen..” tegur Hania.