Sanubari

Shinta Jolanda Moniaga
Chapter #7

7. Sahabat Idaman

Hania yang selalu memulai paginya dengan semangat, pagi ini tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda pada tubuhnya. Kepalanya terasa begitu sakit, perutnya pun mual hingga akhirnya muntah beberapa kali. Ia memang mempunyai riwayat penyakit maag. Dan karena sibuk, beberapa hari belakangan ia sudah tidak menjaga pola makannya lagi.

“Kita ke rumah sakit ya sayang ? Kamu udah lemas gini Mama jadi takut.” bujuk Ibu Fifna sambil menyeka keringat dingin Hania.

“Nggak usah Ma.. Ini paling maag Hania aja yang kambuh. Minum obat yang biasa juga pasti langsung sembuh.” jawab Hania lemas.

“Kemarin waktu kamu pusing Mama suruh minum obat nggak mau, sekarang udah sampai muntah-muntah gini disuruh ke dokter juga nggak mau. Kalau kayak gini kan Mama juga yang khawatir.” keluh Ibu Fifna.

“Ini itu cuman sakit biasa Ma, jadi Mama nggak perlu khawatir. Percaya deh sama Hania. Lambung Hania cuman lagi cari perhatian aja.” canda Hania.

“Makanya jangan kesibukan kerja, lupa kan jadinya sama diri sendiri ?” Ibu Fifna mengacak puncak kepala Hania. “Ya udah Mama bikinin bubur, terus habis itu kamu makan, minum obat, terus istirahat.”

“Terus kafe ?”

“Hari ini jangan ke kafe dulu !” Ibu Fifna memperingatkan sambil menggerakkan jari telunjuknya.

“Tap..”

“Nggak ada tapi-tapian. Kali ini pokoknya kamu harus nurut sama Mama. Oke ?” tandas Ibu Fifna cepat.

“Iya Ma..” serah Hania.

*****

 Seorang perempuan yang begitu cantik dengan kaos putih polos yang dipadukan dengan boot cut jeans, masuk ke kamar Hania sambil memegang nampan.

Perempuan itu berdeham. “Selamat siang Ibu Hania. Perkenalkan nama saya Gwen, saya merupakan bidadari Surga yang ditugaskan untuk mengantarkan makan siang nan nikmat ini kepada Ibu Hania yang sedang sakit.” ucapnya begitu ramah.

Seorang perempuan yang juga tak kalah cantik dengan celana bahan coklat susu, dengan fleece turtleneck hitam sebagai atasannya, menyusul dari belakang.

“Dan saya Abi, saya merupakan titisan dari kayangan yang ditugaskan untuk memijat otot kaki dan tangan Ibu Hania yang sedang terkapar lemas ini.” katanya tak kalah ramah.

Dua perempuan halu bin rusuh itu sudah pasti adalah Gwen dan Abi. Anak-anak angkat Hania.

Hania terkekeh. “Apaan sih lo berdua.” dengan pelan ia bangun dari tempat tidur, dan duduk bersandar di headboard kasur. “Kok kalian bisa ada sini sih ? Nggak kerja ?” tanyanya heran.

“Pas gue baru selesai pemotretan, tiba-tiba Nyokap lo telpon. Kasih tahu kalau lo sakit. Makanya gue langsung cepat-cepat jemput Abi di kantornya, dan langsung datang ke sini nengokin lo.” jawab Gwen.

Yaps. Gue diculik sama jelmaan jin ini sebelum jam makan siang. Untung hari ini nggak banyak deadline.” sambung Abi.

Hania terharu. “So sweet.. Makasih lho.”

Gwen lalu duduk di samping Hania setelah meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja. Sementara Abi mengambil posisi di samping kaki Hania, dan mulai memijat kakinya pelan.

“Ngapain pakai dipijat segala sih Bi ? Gue itu sakit maag bukan keseleo.” kata Hania lalu tertawa.

“Ini itu biar aliran darah lo lancar. Udah diam aja ! Biarkan tukang pijat profesional beraksi.” balas Abi sambil menunjukkan bakat terpendamnya itu.

“Gue suapin ya ?” Gwen menawarkan dengan sangat bersemangat.

“Apaan sih Gwen, gue masih bisa makan sendiri kali.” tolak Hania cepat.

‘Ih udah diam ! Pokoknya gue suapin.” paksa Gwen lalu beranjak mengambil bubur.

Setelah semangkuk bubur ada di tangannya, Gwen duduk kembali di samping Hania dan mulai menyuapi sahabatnya itu. “Ayo buka mulut pesawat datang.. Enggggg

Lihat selengkapnya