Setelah sekian lama dirawat di rumah sakit, Hania akhirnya kembali pulang ke rumah. Ia melihat dapur yang selalu menjadi tempat favoritnya. Senyum pun langsung mengembang. Ia rindu untuk kembali memasak, menciptakan resep-resep baru, dan menghabiskan waktu bersama Ibu Fifna di dapur.
Ibu Fifna dan Nathan mengantar Hania ke kamarnya. Nathan menggendong Hania dari kursi roda, dan membaringkannya di tempat tidur. Tak lama setelah itu, Hania langsung tertidur pulas, efek samping dari obat yang diberikan Dokter Manuel, sebelum Hania pulang dari rumah sakit.
Abi dan Gwen kembali dengan pekerjaan mereka masing-masing. Abi yang sempat terganggu pekerjaannya karena kejadian tragis batal nikah, kini kembali dan bahkan langsung mendapat kepercayaan untuk memimpin sebuah proyek besar. Gwen, Mr. Franz, dan Davina, telah memberikan klarifikasi atas semua berita yang sempat menghancurkan karir modelling Gwen. Karir Gwen pun terselamatkan, bak pelangi sehabis hujan, job kembali mulai berdatangan.
Setelah pekerjaan beres, secapek apapun, Abi dan Gwen tetap mampir ke rumah Hania. Mereka tak ingin melewatkan satu hari pun tanpa menemani Hania. Saat ini, Hania lah yang menjadi prioritas mereka.
“Han, besok gue masakin mau ya ?” kata Gwen sambil menyuapi Hania.
“Jangan Han, nanti usus lo ternodai.” potong Abi cepat.
“Enak aja, masakan gue nggak senajis itu kali, masih ada enak-enaknya walaupun cuman dikit.” balas Gwen lalu cemberut.
Hania tidak perlu menonton Tom and Jerry, karena di kehidupan nyata, ia hampir tiap hari diperhadapkan dengan dua makhluk yang rusuhnya bahkan mengalahkan Tom dan Jerry, atau Spongebob dan Squidward.
“Gue mau kok Gwen. Apa yang lo masak pasti gue makan.” balas Hania sengaja ingin menghibur Gwen.