SAPUTANGAN TANDA CINTA

KH_Marpa
Chapter #20

"Pertemuan Agustus, 2010"

Bandar udara (bandara) Hier terkenal dengan landasan pacunya yang sepanjang 4 km. Pesawat yang ditumpangi Ryan baru saja landing dengan mulus di Bandara itu-di Kota Du yang berpantai sungguh indah. Ryan datang sendirian dari Kota Mihr dan akan berada di kota ini selama dua hari untuk memverifikasi calon supplier baru PT. TRS.

Dua jam sebelumnya, Indri, Uhr dan kedua anak gadis mereka-Diana dan Weny-juga tiba di bandara ini dari Kota Jar. Mereka hendak liburan di Kota Du setelah teman sekantor Uhr bercerita tentang eksotisnya pantai dan lezatnya seafood Kota Du yang berhasil menarik banyak wisatawan mancanegara datang mengunjunginya.

Selama ini, keluarga Uhr lebih sering berlibur ke daerah pegunungan dan Kota Du menjadi destinasi wisata terjauh yang mereka kunjungi. Keluarga Uhr menginap di Hotel Star-bintang 4-yang pantainya berpasir putih dengan air laut yang biru jernih.

"Selamat datang di Kota Du, Pak Ryan," sambut pak Jhon-Quality Manager PT. VY-di depan pintu kedatangan Bandara Hier.

Ryan tersenyum ramah, "Apa kabar, Jhon? Kota mu ini ternyata keren banget, ya." Ryan menyalam Jhon dengan hangat.

"Masih lebih keren, Mihr, Pak," Jhon mengarahkan Ryan ke mobil jemputan mereka, "kita mau makan siang dulu atau-"

"Langsung ke hotel aja, saya masih kenyang, Jhon." Ryan membuka pintu mobil.

"Oh, baik, Pak," Jhon menunggu Ryan masuk ke dalam mobil, "langsung ke Hotel Star, Mas."

"Siap, Pak." sahut driver perusahaan itu.

Lalu, mereka meluncur ke Hotel Star yang berada di pinggiran Kota Du-ke arah Barat. Sepanjang perjalanan, mereka bercerita dengan akrabnya dan Ryan tertawa geli dalam hatinya melihat ekspresi Jhon saat dirinya berkata, "Ibu dan kedua adik saya baik-baik saja."

Jhon sontak kaget mendengarnya. Ternyata pak Ryan yang menurutnya tipe flamboyan ini-masih single.

"Kok bisa, ya?" batin Jhon penasaran sembari memandang cincin emas belah rotan yang melingkar di jari manis Ryan-sebelah kanan.

Ketika mereka tiba di hotel, Jhon menemani Ryan check-in dan menawarkan dinner ke kelong seafood jam 7 malam ini. Ryan menyetujuinya sebelum mereka berpisah.

Sambil menerima telepon dari ibunya, Ryan menekan tombol luar lift dengan tangan kanan. Beberapa detik kemudian, pintu lift terbuka, bersamaan dengan terbukanya pintu lift yang ada di sebelah kanan Ryan. Saat Ryan melangkah masuk, keluarga Uhr sedang keluar dari lift yang satunya. Indri sempat sekilas melirik pada Ryan yang sedang menekan tombol dalam lift sambil memegang ponsel dengan tangan kirinya, namun dia tidak merasakan firasat apa pun.

Ryan dan Indri-tidak pernah bertemu selama 22 tahun-tidak menyadari kalau mereka sedang menginap di hotel yang sama! Ryan di lantai 5, Indri bersama keluarganya di lantai 6.

--000--

Kelong seafood Palm Beach didesain sebagai restoran dan tempat hiburan. Para pengunjung bisa melihat langsung hewan laut-dalam keadaan hidup-yang akan dipilihnya sebagai menu. Di bagian depan-dekat pintu masuk-ada mini stage yang disiapkan bagi pengunjung yang ingin ber-stand up karaoke atau ber-sit down karaoke di meja masing-masing dengan wireless microphone. Lokasinya yang strategis-dekat kawasan wisata-membuatnya jadi pilihan pertama untuk menikmati seafood khas Kota Du.

Ryan dan Jhon berdua saja menempati meja bundar yang tak jauh dari mini stage itu. Mereka sudah selesai bersantap malam dan sedang bercerita dengan santai sambil menikmati minuman ber-alkohol.

Malam ini pengunjung cukup ramai. Dari tadi, selalu ada saja pengunjung yang ber-karaoke sehingga suasana jadi meriah.

"Suka nyanyi, Pak?" tanya Jhon sambil menambahkan es batu ke gelas minumannya.

Ryan tersenyum, "Sekali-sekali-kalo lagi mood aja. Kamu?"

"Suka, Pak-kami sering karaoke-an sama teman-teman kantor-"

"Oh, ya? refreshing yang bagus itu." Ryan mengeluarkan saputangan navy blue dan menyeka kedua matanya.

"Bapak nyanyi, ya? biar ada kenangan-nya di Du, Pak" Jhon meminta dengan ragu.

"Kamu duluan dong, habis itu baru saya-"

"Boleh, Pak. Biar fresh buat besok 'kan, Pak?"

Ryan tertawa pelan. Dia suka pada Quality Manager yang luwes ini. Orangnya masih muda dan energik. Dari caranya bernyanyi, Ryan tahu kalau Jhon memang hobi, tapi kalau nanti Ryan menyanyi, barangkali Jhon akan terkagum-kagum.

"Nah, the mic is yours, Pak," Jhon tertawa pelan sambil memberikan mik.

Ryan mengetes dengan check! lalu mengikuti intro dalam hatinya. Jhon menyimak dengan serius, intro itu pernah didengarnya.

"Bagaikan langit berpelangi-" suara bariton Ryan mengejutkan pengunjung. Spontan Jhon bertepuk tangan dengan senangnya. Ryan terus bernyanyi dengan syahdu. Pikirannya 'terbang' ke Desa Turi, melihat Paula di jendela kamar depan. Mata Ryan terpejam setelah baris pertama lagu itu dan tidak sadar kalau Jhon sedang merekam video dengan ponselnya.

Pada baris ke tiga, tepuk tangan pengunjung semakin banyak terdengar. Ryan melantunkan Pelangi itu dengan 'manis'-nya, membuat pengunjung yang duduk 5 meja di belakang mereka berkomentar.

"Wuiss, keren banget suaranya, Ma," ujar Uhr sambil meraih tisu di depannya.

"Mm, emang penyanyi kali, Pa!" Indri mengangguk-angguk sembari menikmati kepiting saus tiram.

"Lagu apaan sih itu, Ma?" tanya Weny sambil menyendok cumi goreng tepung.

"Lagu jadul, penyanyi aslinya Chrisye."

"Kau dengar laguku dalam simfoni-"

"Siiip, keren dah!" puji Uhr menikmati suara Ryan.

Setelah lagu selesai, Ryan tertawa melihat Jhon yang mengacungkan kedua jempol tangannya.

"Ternyata Bapak penyanyi, ya?"

"Ah, itu belum seberapa, Jhon!" sahut Ryan seraya menyalakan rokok.

"Bapak yang di meja 6, ada request menyanyi lagi, Pak. Boleh, ya?" ujar operator karaoke di mini stage sana.

"Lagi dong!" teriak perempuan di sebelah meja 6.

Ryan dan Jhon tertawa sambil melambaikan tangannya.

"Ayok, Jhon-jangan sampai ada yang ngajak saya berfoto di sini," ujar Ryan sambil bangkit dari kursinya.

Lalu mereka meninggalkan meja 6 itu sambil tertawa-tawa.

"Makanya, lain kali jangan minta saya menyanyi, ya!" kata Ryan waktu menemani Jhon ke kasir.

"Surprised banget, lo, Pak!" sahut Jhon serius.

Kemudian Jhon mengantar Ryan kembali ke hotel. Dia langsung pulang agar Ryan bisa beristirahat.

"Sampai besok jam 8 pagi, Pak Ryan."

"Ya, Jhon. Hati-hati." Ryan masuk ke hotel sambil menggeleng pelan. Dia tidak tahu kalau di restoran seafood tadi, keluarga Uhr masih membicarakan nyanyian-nya.

--000--

Setiap ke luar kota, Ryan selalu membawa salah satu saputangan tanda cinta-nya. Dia merawat saputangan itu dengan telaten. Jarang digunakan, namun sering dibawanya.

Saat breakfast di hotel jam 6.30 pagi ini, Jumat, 06 Agustus 2010, Ryan meletakkan saputangan navy blue bersama rokoknya di meja ber-kursi 3-dekat pintu masuk. Dia hendak mengambil makanan di restoran yang letaknya bersebelahan dengan kolam renang yang berukuran sedang itu. Selain dirinya, ada 8 tamu yang breakfast pada jam ini.

Indri baru saja masuk ke restoran setelah mengantar suaminya ke kolam renang. Kedua anak gadisnya masih tertidur-sampai tidak menyahut panggilan teleponnya tadi.

Tiba-tiba Indri berhenti saat melihat saputangan berlis warna navy blue dengan bordir RI yang tergeletak di meja sebelah kirinya itu-tersirap darahnya.

"Saputanganku? tak mungkin!" batinnya gemetar sembari memastikan apa yang dilihatnya.

"Ya, ampun!! ini Ryan Paul?!" Indri terkesiap lalu melangkah limbung. Matanya 'menyapu' seisi ruangan-mencari dengan panik.

"Di mana Cin?" Indri tidak menemukan seorang-pun yang seperti Ryan di restoran itu, "Ah, entar aja." Dia mengambil dua gelas jus orange lalu ke kolam renang.

Ryan yang tengah di cubicle toilet, merasa lega.

"Uhh, selamat!" batinnya sembari menuju ke wastafel. Untung tadi dia segera ke toilet di area kolam renang ini-lewat jalan pintas dari pintu samping restoran-saat mendadak sakit perut.

Indri meletakkan kedua minuman yang dibawanya sambil mengawasi meja tempat saputangan tadi. Dari belakangnya Ryan lewat dengan tergesa-gesa menuju ke restoran.

"Masih ada. Termasuk aman hotel ini." Ryan memandang barang-barangnya di meja sana lalu mengambil sarapannya.

"Papa mau makan apa?" tanya Indri mendekati Uhr yang sedang berenang menepi.

Lihat selengkapnya