SAPUTANGAN TANDA CINTA

KH_Marpa
Chapter #19

"Ir. Ryan Paul"

Universitas J, Kota Mihr, 21 Oktober 1995

Bu Har menitikkan air mata bahagia saat memandang Ryan maju ke pentas wisuda. Anak Sulungnya itu akhirnya resmi menyelesaikan strata 1 dengan menyandang titel Insinyur. Doa yang setiap malam dipanjatkan Beliau, terkabul sudah di hari Sabtu ini.

Air mata Bu Har semakin mengalir deras ketika mengingat Pak Trisno-almarhum suaminya-dan almarhum ayah-nya yang tidak bisa menyaksikan acara wisuda Ryan, padahal mereka sangat mengharapkannya. Bahkan saat pernikahan Sri-adik Ryan-tahun lalu, Kakek mengatakan bahwa Beliau tidak mau mati sebelum melihat Ryan diwisuda.

Di kursi wisudawan, Ryan juga menitikkan air mata bahagia.

"Akhirnya aku diwisuda, Say." batinnya bergetar, sama seperti saat dia lulus sidang sarjana di bulan Juli yang lalu.

Semua perjuangan berat-7 tahun 2 bulan-telah berhasil dimenangkannya. Dia membutuhkan waktu 2 tahun lebih untuk merampungkan skripsi-nya yang dibiarkannya terbengkalai karena rumitnya proses asistensi dengan Dosen Pembimbing.

"Maafkan aku, Pak, Kakek." Ryan mengusap kedua matanya. Penyesalan memenuhi hati dan pikirannya.

Setelah selesai acara seremonial di gedung auditorium, mereka mengikuti sesi foto wisuda di halaman. Ryan sempat merasa down melihat para wisudawan yang berfoto bersama pasangannya, namun dia segera up dengan membayangkan Indri ada di sampingnya.

Ryan menunjukkan rasa sayang dan terima kasihnya pada Ibu, dengan berpose merangkul erat, bahkan mencium pipi Ibunya di depan papan bunga ucapan selamat diwisuda itu. Bu Har sempat berharap dalam hati-nya kalau-kalau Ryan akan memperkenalkan seorang anak gadis kepadanya, tapi sampai mereka di rumah Kakek, harapan Beliau tak terpenuhi. Bu Har mulai cemas memikirkan hati Ryan yang diduganya masih terpaut pada Indri.

--000--

Kloe ikut bahagia mendengar kabar wisuda Ryan. Dia yang paling tahu bagaimana Ryan berjuang demi cinta dan cita-citanya. Kloe adalah saksi kesendirian Ryan yang bertemankan bayang-bayang Indri. Dia sering membaca karya tulis Ryan secara diam-diam dan terkagum-kagum akan ungkapan kepiluan Ryan yang tak berbelas kasihan-tak mengenal rasa takut.

Selama 5 tahun jadi teman se-kamar Ryan, Kloe sempat khawatir kalau-kalau Ryan gagal menyelesaikan kuliahnya karena terjerumus dalam perangkap candu judi. Berkali-kali dia mengingatkan, berkali-kali pula Ryan merespon dengan jawaban yang sama: daripada aku stres-terus gila? Untunglah sepulang dari KKN, perubahan positif terjadi pada Ryan. Rambutnya sudah pendek dan berjudi sesekali saja-tidak sampai menginap di kos-an temannya.

Ryan baru saja menelepon Kloe ke kantornya-di Kota Jar-untuk menanyakan informasi lowongan kerja dan Kloe memintanya untuk mengirimkan CV (Curriculum Vitae) agar dia bisa mempromosikan Ryan kepada kolega dan temannya. Kloe sendiri sudah bekerja di perusahaan manufaktur elektronik di Kota Jar sejak tahun 1993.

Sembari mencari pekerjaan tetap, Ryan masih lanjut mengajar paruh waktu di bimbingan studi di Kota Mihr yang sudah ditekuninya sejak tahun 1993 sehingga dia tidak lagi membebani orang tuanya.

Perubahan status dari mahasiswa abadi menjadi seorang sarjana teknik mesin, membuat Ryan berpikir lebih matang. Dia sudah bisa mengendalikan dirinya untuk tidak berjudi lagi dan mengalihkan kesuntukan-nya dengan menonton di bioskop atau bermain catur di kedai kopi dekat bimbingan studi tempatnya mengajar.

--000--

"Halo, selamat siang-" ujar suara wanita di saluran telepon rumah kakek.

"Siang. Mau bicara dengan siapa, Mbak?" tanya Sapto-sepupu Ryan.

"Saya Widya dari PT. TRS, Kawasan Industri Mihr. Bisa bicara dengan saudara Ryan Paul, Pak?"

"Oh, Bang Ryan-nya lagi keluar, Mbak. Ada pesan?"

"Maaf, dengan bapak siapa saya bicara-"

"Sapto, Mbak."

"Pak Sapto, tolong disampaikan, kami mengundang saudara Ryan Paul untuk interview besok jam 2 siang di PT. TRS, Kawasan Industri Mihr, blok A22, ya, Pak."

"Bisa diulangi alamatnya, Mbak?"

"PT. TRS, Kawasan Industri Mihr, blok A22, Pak."

"Baik, Mbak. Nanti saya sampaikan ke Bang Ryan."

"Terima kasih, Pak Sapto-selamat siang."

"Sama-sama, Mbak."

Sapto-anak pamannya Ryan-menuliskan pesan yang barusan diterimanya lalu bergegas ke kamar Ryan. Hatinya turut senang, berarti ada harapan bagi Bang Ryan untuk segera dapat pekerjaan.

"Uh, dikunci pulak?" Sapto kembali ke dalam rumah. Setelah menempelkan selotip pada kertas pesan itu, dia menuju ke kamar Ryan lalu menempel pesan itu di pintu kamar.

"Bang Ryan, besok ada interview kerja di PT. TRS, Kawasan Industri Mihr, blok A22, jam 2 siang, temui Bu Widya."

Good Luck, ya, Bang!

Sapto

--000--

Ryan seakan tak percaya kalau dalam tempo 2 jam, dia sudah diterima bekerja di PT. TRS sebagai Junior Supplier Quality Engineer. Proses Interview yang berlangsung sebanyak dua kali, berhasil dilaluinya dengan mulus. Saat negosiasi gaji pun lancar, dia meminta gaji sesuai dengan standar perusahaan saja yang penting dapat pekerjaan dulu.

"Aku dapat kerja, Say!" bisiknya perlahan-lahan. Dengan wajah berseri-seri, dia segera mencari wartel terdekat untuk menyampaikan kabar bahagia ini.

Lihat selengkapnya