SAPUTANGAN TANDA CINTA

KH_Marpa
Chapter #22

"Hapuslah Air Matamu"

Hujan pagi ini begitu derasnya, hingga genangan air yang cukup tinggi menutupi beberapa jalan protokol di Kota Mihr.

Ryan berlari-lari kecil dari parkiran mobil di PT. TRS dengan payung di tangannya yang melengkung tak beraturan diterpa angin kencang.

"Huu, hebat kali lah hujan ini," ujarnya sambil membuka pintu lobi.

"Pagi, Pak. Kita jadi meeting jam 8 nanti, Pak?" Gunawan menyapa di koridor office lantai 2.

"Pagi. Jadi-lah, berapa orang pun sewa (penumpang), kita 'main'-kan aja." Ryan tersenyum lalu memasuki ruangannya. Baru saja membuka laptop, ponselnya berbunyi notifikasi WA.

"Aduh! ya, ampun! Mas Uhr-Indri," bisiknya tertunduk lemas. Pesan WA grup Patriot'88 yang diposting Mila itu, membuat matanya berkaca-kaca. Uhr-suami Indri baru saja meninggal dunia di Kota Jar!

"Aku datang, Indri, Diana, Weny. Aku pasti datang." batinnya sambil menghubungi travel langganannya.

"Urgent. Keluarga saya ada yang meninggal di Jar."

"Baik, pesawat jam 10.15, ya. Nanti saya singgah mengambil tiketnya. Thank you banget, Mbak!"

Ryan segera meninggalkan ruangannya sambil menelepon Managing Director untuk meminta izin cuti mendadak.

"Gun, nanti kamu yang lead meeting. Saya harus ke Jar sekarang, ada keluarga yang barusan meninggal."

"Siap, Pak. Turut berdukacita, ya, Pak," ujar Gunawan sambil mengikuti Ryan dengan wajah prihatin, "apa yang bisa saya bantu, Pak?"

"Ayok, kamu antar saya ke Bandara, ya."

"Siap, Pak!" Gunawan ikut berlari menembus hujan.

Tak lama kemudian mereka meluncur ke travel langganan Ryan yang lokasinya searah dengan jalan menuju Bandara.

Ryan melakukan semuanya dengan gerak cepat. Sambil menyetir dia berpesan pada Gunawan tentang urusan pekerjaan mereka.

"Kalo ada yang urgent, baru hubungi saya, ya," ujar Ryan saat mereka tiba di Bandara Pro.

"Siap, Pak. Hati-hati, ya, Pak." sahut Gunawan yang kagum menyaksikan kegesitan atasannya itu. Dalam hatinya dia juga heran karena tidak melihat tanda kesedihan di wajah bos-nya itu-hanya tanda kecemasan.

Sementara itu, saat check-in di counter maskapai, Ryan berdoa dalam hatinya, agar cuaca segera membaik dan tidak ada penundaan jadwal keberangkatan pesawatnya.

--000--

Kehadiran Ryan di rumah duka keluarga Uhr menimbulkan tanda tanya bagi para pelayat lainnya. Indri langsung menangis di pelukan Ryan begitu sadar bahwa yang sedang menyalam dirinya adalah Ryan.

"Kamu datang dari Mihr, Cin?" Indri kaget bukan kepalang. Dia teringat, Ryan sudah menolak 3 kali panggilan teleponnya sejak reuni waktu itu.

"Oh, Ryan. Mas Uhr sudah pergi," bisik Indri terisak-isak.

Ryan diam lalu tertegun memandang jasad Uhr yang tepat di depannya. Dia tertunduk perlahan-lahan, lalu memejamkan matanya.

"Beristirahatlah dengan tenang dan damai, Mas. Maafkanlah kesalahanku." batinnya terharu.

"Ikhlaskan ... bersabarlah, In. Mas Uhr udah tenang di sana," bisik Ryan seraya menuntun Indri duduk. Dia sempatkan mengangguk pada Mila yang duduk di samping Diana.

Lalu dia bergantian memegang kepala Weny, Diana dengan kedua tangannya sambil menunduk dan membisikkan kalimat yang sama. Setelah itu Ryan menyalam keluarga besar yang sedang berduka cita dengan takzimnya.

"Maaf, Bapak siapa, ya?" tanya seorang Ibu sambil berbisik.

"Aduh-" Ryan tersentak, "Saya Ryan, Bu-teman SMA Indri."

"Ryan?" Ibu itu menoleh Ibu yang duduk di sampingnya.

"Wajah kedua Ibu ini kok mirip? kembar?"

Tiba-tiba Indri sudah berada di sampingnya.

"Ini kakak kembar-ku, Yan. Mbak Yanti dan Mbak Santi."

"Oh. Maaf, Mbak." Ryan mengangguk sopan.

"Dia baru dateng dari Mihr." Indri memandang Ryan dengan mesra.

"Mihr? jauh banget. Makasih sudah mau dateng, Ryan."

"Turut berdukacita yang mendalam, Mbak."

"Ke sini, Yan." Indri menarik tangan Ryan ke ruangan di sebelah. Beberapa pelayat memperhatikan mereka.

"Bunda?" Ryan berdebar memandang orang tua itu. Rambutnya hampir semua sudah memutih, namun tampak sehat.

"Masih ingat sama dia, Bun?"

Bunda memandang Ryan sambil berpikir-pikir, "Siapa, ya?"

"Ryan, Bunda. Kota We. Dua puluh dua tahun yang lalu"

Lihat selengkapnya