Disebuah rumah sederhana, hujan petir menyambar. Dari dalam, Ben menatap Ratna penuh amarah. Ratna menangis dan lari ke kamar utama. Ben menyusul. Terlihat Ratna menyiapkan semua pakaiannya ke sebuah koper.
"Mau kemana lu?" ucap Ben melotot.
"Gua pergi!!" ucap Ratna sambil mengarah ke kamar Reen.
"Reen punya gua dan akan selalu punya gua!" ucap Ben menahan tangan Ratna keras yang hendak memegang gagang pintu. Ben agak menariknya ke kamar utama agar tidak terdengar oleh anaknya yang sedang tidur.
"Dia yang ada diperut gua, yang gua lahirin dari rahim gua sendiri!!"
"Dan lo lukai dia dengan main sama pria lain!"
"Seenggaknya gua gak pernah tidur bareng, dan dia pria jantan yang gak pernah main tangan,"
Plak!
Ben menamparnya. Ia pandang Ratna yang kesakitan terjatuh. Ben mengangkat tangan dan melihat tangannya sendiri.
Argh!
Tiba-tiba Ben bangun dari tidurnya mengalami mimpi buruk masa lalu. Tidak jarang Ben memimpikan hal serupa.
Dari kamar terlihat ruangan yang kecil dan berantakan. Seorang wanita yang lain entah siapa memeluknya masih tertidur, Ben bangun membuka pelukannya. Hari sudah siang, ia membuka jendela langsung menatap pancaran matahari yang kontras menyerbu kedua matanya. Ia ke lemari kaca, matanya datar bercermin. Terlihat foto Reen terpampang dikaca lemari yang sudah lapuk. Telpon tiba-tiba berdering namun Ben tak angkat. Telpon berdering lagi, dua kali tiga kali, sampai Ben melihat nomor tak dikenal. Ia angkat.
“Gua udah bilang bakal bayar secepetnya!” tegas Ben agak meninggi.
“Ben? Ini Josh”
“Siapa?”
“Josh”
“Darimana dapet nomor gua?”
“Gak penting darimana. Gua mau ngasih tau sesuatu”
“Apa?”
“Ben, kayaknya ini waktu yang pas lo ketemu Reen”
Ben kaget. Ben seakan tak siap dengan semua itu. Agak lambat ia menjawab.
“Kenapa?”
“Ratna udah gak ada dari kemaren malem. Serangat jantung,”
Ben kaget, agak menurunkan handphonenya.
“Ben?” ucap Josh memastikan masih terhubung.
“Ehm … Ya?”
“Besok bisa kesini?”
“Ya” agak lama Ben menjawab.
Ben menutup telpon, agak salah tingkah dan kebingungan.
Tak lama, ia membuka celengannya, mengambil semua uang recehan itu. Ia keluar berjalan cepat, menuju garasi mobil rumah seseorang. Terlihat mobil berjejer.
"Gua bayar setengah dulu, minggu depan gua bayar sisanya,"
"Enak aja lu, gadein mobil udah 2 taun kucluk-kucluk tinggal ambil,"