Sarandjana : Terjebak Malam

Adam Wiradi Arif
Chapter #7

[6] Yatna Harun Sang Pengagum Matahari.

Masih sembunyi dikamar yang belum bertemu pagi, Ia iseng melihat jam analognya. Ketika jam sudah menunjuk angka 5, tiba tiba jarum mundur dan langsung kembali ke pukul 8. Ben sontak kaget. Malam itu adalah malam teraneh baginya, mungkin bagi siapapun yang ada di dunia ini. Mana bisa jarum jam berjalan mundur pikirnya. Ben langsung membangunkan Reen.

"Reen, Reen, bangun. Kita keluar sekarang!"

Ben mencari sesuatu untuk dijadikan senjata, namun tidak ada apa-apa. Mereka memutuskan keluar saja, mendorong kasur yang menghalangi pintu. Mereka keluar dan berjalan hati-hati. Malam semakin dingin. Suara jangkrik menghiasi pendengaran mereka.

Ben & Reen berjalan dengan posisi Ben didepan melindungi Reen yang dibelakang. Mereka menyusuri bawah lobi. Sialnya terlihat pak Atma sedang baca koran duduk di lobi, tidak sibuk apa-apa. Ben mendekatinya lari.

Buk!

Tiba-tiba Ben memukul pak Atma, pak Atma tak melawan. Ben menarik kerah baju pak Atma.

"Woy, jujur sama gua, ini sebenernya tempat apa?" teriak Ben emosi.

"Ke, kenapa?" jawab pak Atma bingung.

"Ada orang berkeliaran dan bersenjata!" susul Reen.

"Gak mungkin mas Ben," ucap pak Atma.

"Jangan belaga bego! Kenapa panggilan saya gak dijawab-jawab??" teriak Ben.

"Sepertinya ketinggalan di bawah. Maaf mas Ben, tapi saya jamin tidak akan ada orang lain sembarang masuk sini," balas pak Atma.

"Fuck gak mungkin, masa bapa gak denger apa-apa di lapangan tadi? Diikamar??? Udahlah kita check out." tegas Ben.

"Malem-malem begini?" tanya pak Atma.

"Ada yang gak beres disini, dan saya tau bapak yang bertanggung jawab!"

"Jangan mas Ben, bahaya tengah malem begini keluar,"

"Halah, saya gak peduli, mana KTP saya?"

"Mas Ben??"

"KTP!!"

"Hmm..., yasudah,"

Ben melepas kerah pak Atma, dan pak Atma memberikan KTPnya. Ben dan Reen ke parkiran, masuk mobil dengan panik. Ben mencari-cari kunci.

"Aduh, kunci dimana lagi," keluh Ben.

"Di tas?" ucap Reen sambil merogoh tasnya sendiri. Ben merogoh-rogoh tas miliknya, kesal tidak ada kunci.

"Kunci pintu mobil, papa ambil kunci mobil, mungkin ada di kamar." titah Ben.

"Tapi pah,"

"Papa janji cuma sebentar."

Reen menyetujuinya, Ben keluar. Ben lari ke lobi, sayang pak Atma menghilang lagi.

"Sialan tua bangka!" kesal Ben.

Ben naik ke atas kamar, melihat kuncinya diatas lemari, ia ambil.

Kembali ke mobil dengan Reen yang sendiri. Tiba-tiba ia gelisah karena pandangan didepannya adalah gerbang dengan pemandangan hutan gelap. Ketika memperhatikan didepannya, terlihat sosok pria melihatnya dari jauh. Reen mengunci mobil. Lama-lama Pria itu datang dengan langkah yang pelan masih sambil memegang kampak mendekati Reen. Jantung Reen berdegup kencang, ia ketakutan menunduk. Ia menoleh lagi penasaran, tiba-tiba pria itu hilang.

Ben turun lari kebawah melewati lobi yang sepi dan arah ke parkiran. Reen sudah menunggunya disitu. Setelah Ben masuk, langsung ia nyalakan mobil. Naas, mobilnya tidak bisa nyala.

"SHIT!!! Tua bangka sialaaaan! Kita cari bengkel!" ucap Ben.

"Mana ada bengkel buka? Pemukiman aja jauh banget?" jawab Reen.

"Kita gak mungkin tunggu disini terus sayang." ucap Ben meyakinkan.

Lihat selengkapnya