Ambulan berjalan sendiri, mereka ditinggal ambulan. Tak tau lagi bagaimana mereka harus pulang.
"Astaga, hape hape!!! Kenapa gak kepikiran dari tadi??" sesal Ben.
"Hape kita di mobil!" Ucap Reen.
"Shittttt!" keluh Ben.
Ben meminta tolong ke orang sekitar untuk mengantar mereka pulang. Beberapa terlihat menggelengkan kepala. Sampai akhirnya bertemu satu orang yang mau mengantar mereka, dengan mobil SUVnya. Mereka masuk ke mobil. Ben & Reen duduk dibelakang, Ben memegang tangan Reen.
"Jadi, kamu mau pulang kemana? Oma?"
"Gatau." ucap Reen singkat.
"Pah," lanjut Reen.
"Ya?"
"Aku gak mau kehilangan anakku."
"Hey, hey, jangan ngomong sembarangan. Cucu papa ini pasti hidup bahagia nanti," Ben menenangkan.
Reen tersenyum seperlunya. Keduanya kelelahan dan tidur. Mobil melaju.
_____
Beberapa jam kemudian, Ben membuka mata. Terlihat pandangan awalnya suasana yang gelap masih di dalam mobil. Langit masih terlihat malam. Agak remang-remang dari jendela mobil terlihat pepohonan lagi. Ben mulai bingung, kenapa bukan suasana perkotaan. Terlihat plang vila alipatih di desa Sarandjana terlewati, sontak Ben kaget.
"Loh pak, kok kesini??" Tanya Ben agak meninggi suaranya.
Reen ikut bangun.
"Loh, kan bapak yang ngasih titik maps kesini, ya saya ikutin," ucap bapak itu tenang dengan suara yang dalam.
"Lah, kapan saya kasih? Saya kan udah kasih bapak jam tangan saya buat anterin kita ke kota?!" ucap Ben protes.
"Iya tapi mas ngasih titik ini ke saya," jelas bapak itu masih tetap tenang.
"Pak, gimana saya kasih titik maps sama bapak? Hape aja saya ga pegang!?"
Bapak itu diam saja. Mobil berhenti dan sudah terparkir di vila lagi. Tiba-tiba ia mengambil pisau di dashboard. Ben & Reen keluar mobil panik membuka pintu dan berlari. Dari belakang terlihat orang itu lari mengejar mereka dengan membawa pisau.
Ben & Reen lari ke lobi, mencari pak Atma tapi tidak ada. Ia ke meja resepsionis dan mengambil kumpulan kunci kamar. Orang itu muncul dari pintu. Ia tidak lari, hanya berjalan. Mereka ambil asal, lari ke kamar sesuai nomor kamar di gedung yang berbeda dari kamar mereka sebelumnya. Ben & Reen akhirnya sampai dan memasuki kamar, mengunci pintu semakin kebingungan. Semakin stres, mereka kebingungan harus bagaimana. Tiba-tiba,
Ceklak,
Dak,dak,dak!
Seseorang dari luar seperti mengunci pintu dan memaku pintu agar pintu tidak bisa dibuka. Ben memeriksanya mendekati pintu, sambil berusaha membuka pintu.
Dak,dak,dak!
Suara memaku pintu masih terdengar.
"Woy sialaaaaan!!" teriak Ben.
Ben berusaha membuka pintu, mendobrak namun tidak bisa. Ia dobrak lagi, dobrak lagi terus mendobrak.
______
Tubuhnya melemas, Ben kelelahan. Tiba-tiba Reen teriak.
"Papaaaaaaaaah!!!" teriak Reen.