Sarandjana : Terjebak Malam

Adam Wiradi Arif
Chapter #14

Epilog

Sebuah misteri Sarandjana hampir diakhiri dengan segala keterpurukan. Semesta yang anomali seakan merespon sebuah perasaan terdalam manusia. Sebuah ketakutan, sebuah penyesalan, semuanya dengan gamblang terjadi. Tentu bagi pak Atma tidak ada yang aneh.

PAK ATMA MASA LALU

Pak Atma berada di vila, memandang dalam sesuatu didepannya, lukisan auroboros dengan naga bulat menggigit ekor.

"Pak, saya punya satu pertanyaan yang membuat saya terus penasaran," tanya seorang pria, yang wajahnya persis seperti orang yang gantung diri.

"Apa itu?" Tanya pak Atma tenang, sambil memandang lukisan.

"Semua ini tentang apa pak?"

"Saya sudah terlalu rakus melihat masa depan. Kelak, akan ada banyak orang yang datang kesini sebagaimanapun kita menutupinya. Akan ada bencana, dan bahagia. Sayangnya, semua keilmuan ini membuat jiwa kemanusiaanku semakin buram."

"Maksudnya pak?"

"Aku seakan tidak punya kehendak sendiri dalam berbuat, karena aku sendiri sudah tau akan terjadi seperti apa.... Seperti boneka,"

"Bapak sudah seperti tuhan, dengan segala yang bapak ketahui,"

"Aku sama sekali tidak mendekati bahkan terlalu kecil disandingkan dengan tuhan. Segala ambiguitas, eksistensi, semesta, waktu, awal penciptaan manusia, dan semua ini sungguh tidak kebetulan," jelas pak Atma memandang pria itu tajam.

"Pak, sudah sangat jelas isi kesimpulan kita apa. Rangkaian prediksi komputer kita jelas mengungkapkan itu. Salah satunya, percobaan tabung Miller- Urey ditahun 50-an yang gagal sudah kita selesaikan. Dari kekosongan menuju asam amino, Nukloetida dasar, Rna, dan akhirnya DNA, itu sudah sangat jelas, pak! Benda mati bisa menciptakan benda hidup! Evolusi nyata adanya. Untuk menciptakan tidak perlu intervensi ketuhanan bukan? Kita tidak istimewa, kita diciptakan tanpa sebuah kesengajaan, kita tidak diperhatikan. Dan semua keindahan kompleksitas semesta ini terjawab dengan gamblang,"

"Nak, segala kompleksitas penelitian kita memang menjawab itu. Tapi semua peristiwa alam ini terjadi begitu saja. Petir yang menyambar, hujan yang turun, kelahiran dari setitik sperma. Tapi perlu diingat. Kita hanya bisa membuat definisi dan istilah-istilah saja. Kita hanya mengungkap kenapa itu terjadi. Bukan menciptakannya," ucap pak Atma.

"Nak, Tuhan tetap maha mencipta dengan keangkuhannya. Justru berbagai penelitian ini adalah bagian dari rencana dan takdirnya, agar kita sadar betapa hebat Tuhan dengan segala rencana dan cara-cara turunannya terjadi. Kita hanya si kecil angkuh penghubung keprimitifan kata "kebetulan" dan "keanehan" menjadi "masuk akal". Malah, definisi ideal masuk akal hanya dari otak kecil kita," lanjut pak Atma.

"Lalu apa yang akan bapak lakukan setelah ini?" Tanya pria itu.

Lihat selengkapnya