Saranghaeyo

Karin dan Arum
Chapter #2

Greisy Shindy Putri Arselia

Greisy Shindy Putri Arselia, teman-teman biasa menyapanya Shindy. Tapi keluarga besar dan beberapa sahabat dekatnya kerap memanggilnya dengan nama Arsel. Anak kedua dari dua bersaudara. Dia bukanlah dari keluarga kaya raya, bukan juga dari keluarga miskin. Dia berasal dari keluarga yang berkecukupan.

Nama Papanya Arsen, beliau memiliki usaha konfeksi kaos distro yang tidak terlalu besar. Karyawannya juga tidak terlalu banyak. Mungkin tidak ada 100 orang, intinya para karyawan harus memiliki keahlian dalam menyablon atau menjahit baju. Meskipun usaha kecil, tapi banyak orderan masuk sehingga usaha kecilnya itu bisa sukses.

Sedangkan Mamanya bernama Salamah namun lebih suka dipanggil Salma, beliau sangat ahli di bidang menjahit. Berhubung suaminya memiliki usaha konfeksi, maka dari itu dia bisa ahli karena dulu saat awal pertama Arsen membuka usahanya beliaulah yang membantu Arsen menjahit baju-baju orderan yang masuk. Kini Salma memiliki brand pakaian muslim sendiri yang juga bisa dibilang penjualannya sangat laris dan diminati oleh kalangan kaum Hawa.

Untuk menjualnya, Salma menggunakan cara online. Dikarenakan peminatnya banyak, Salma tak mampu menjahitnya seorang diri jadi dia pun memiliki karyawan yang jumlahnya tidak lebih dari para karyawan suaminya.

Sedangkan Kakaknya bernama Farida atau yang lebih akrab disapa Ida, usianya terpaut 14 tahun dengan Arsel. Tak kalah dengan papa-mamanya, beliau juga memiliki usaha. Beliau membuka usaha butik pakaian muslim yang salah satunya menjual brand pakaian milik Salma. Suaminya berprofesi sebagai kepala sekolah di SMP Nasional, sekolah menengah pertama Ida dan Arsel dulu. Namanya Adli. Namun Adli baru pindah ke SMP Nasional ketika Arsel sudah mau lulus. Pasangan Ida dan Adli dikaruniai 2 orang di usia pernikahan mereka yang sudah berjalan 8 tahun. Anak pertamanya perempuan, cantik seperti Ida lebih tepatnya perpaduan wajah Ida dan Adly, umurnya 7 tahun. Dia baru masuk kelas 3 sekolah dasar. Sedangkan anak keduanya berjenis kelamin laki-laki, namanya Aksa, usianya 2 tahun, wajahnya dominan mirip sang ibu.

Rumah orangtua Arsel dan Ida berjejeran dan masih dalam satu komplek. Butik pakaian muslim milik Ida juga berada di depan rumah, maka dari itu tidak jarang Arsel disuruh untuk menjaga butik ketika gadis itu punya waktu senggang. Sedangkan rumah produksi milik orangtuanya, jaraknya cukup jauh dari rumah. Dan Arsel kerap kesepian di rumah sendirian karena Salma dan Arsen sibuk mengurus usahanya. Oleh karena itu juga Arsel sering main ke rumah kakaknya hanya untuk bermain dengan keponakan-keponakannya atau untuk menjaga butik milik kakaknya.

Arsel bukanlah berasal dari keluarga agamis. Namun di masa SMA dia bertekad untuk hijrah ke jalan yang lebih baik lagi. Dia juga mulai belajar istiqomah memakai jilbab, oleh karenanya seragam SMA Arsel semuanya panjang agar bisa dipakai menggunakan jilbab. Dia juga mulai belajar untuk selalu bersikap sopan santun dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun dia berada. Sebenarnya dia mulai menerapkannya sejak SMP, tetapi terkadang Arsel melupakannya.

Seperti sekarang ini, saat Arsel memasuki ruang kelasnya dia berucap salam dengan suara lumayan kelas agar semua makhluk di dalamnya mendengarnya. Hal itu membuat beberapa teman sekelasnya menatapnya kesal karena terkejut olehnya. Yang ditatap hanya menunjukan cengiran kudanya.

"Ngapain sih pada liatin guenya gitu banget, gue tuh ngucapin salam dijawab kek." Tutur Arsel sambil berjalan memasuki kelasnya.

"Waalaikumsalam, puas-" ucapan Diana—sahabat kelas Arsel—terpotong ketika seseorang kembali berteriak mengucapkan salam.

"ASSALAMUALAIKUM!" Arsel balik terkejut, dia sampai mengucap istiqfar saking kagetnya.

"Astagfirullah, Rifky! Bikin kaget bangke," ketus Arsel pada Rifky yang baru saja memasuki kelas.

"Salamnya dijawab Ukhti, wajib." Ucap Ricky menyeringai sambil berjalan menuju bangkunya.

"Waalaikumsalam Akhi," jawab Arsel sok lembut.

"Mampus lo Sel, salah lo ngagetin kita ya itu deh balesannya." Kata Diana diiringi tawa di akhir kalimatnya.

Arsel hanya melotot lalu melangkahkan kakinya ke bangkunya yang berada di samping bangku Diana. Tetapi sekarang Diana sedang berada di bangku temannya karena sepertinya mereka tengah sibuk dengan tugas rumah yang belum diselesaikan.

Lihat selengkapnya