Blurb
"Jailangkung, Jailangkung! Datanglah ke pestaku! Datang tak diundang, pulang tak diantar!"
Suara halus bisikan-bisikan itu mengalun di kesunyian malam. Di luar rumah, keadaan makin senyap. Malam makin menggelap. Sesekali angin dingin berhembus menggoyangkan daun-daun pepohonan.
Di persimpangan jalan aspal dan jalan desa. Tepat di tengahnya, pohon beringin tua yang dulu ditanam sebagai pembatas desa ikut bergoyang bukan hanya daunnya, tapi batang pohon berukuran besar itupun ikut bergoyang.
Mantra permainan yang dilaungkan serempak dalam bisikan itu seolah menggema di seluruh jagad tak kasat mata. Dan gerakan jangka yang berputar-putar liar itu semakin melemah seiring terhentinya bisikan dari bibir keenam anak yang tengah duduk di lantai ruang tamu dengan kepala saling beradu membentuk lingkaran.
Senyap. Tak satupun berbicara, sementara semua mata terpaku pada jangka yang menggantung di seutas tali rafia tepat diatas kertas. Semua diam, menunggu Topan melanjutkan permainannya.