DIA YANG DATANG KARENA DIUNDANG.
Ternyata kerasan gak mau pulang.
( Gara-gara Jailangkung )
Suatu malam di masa libur sekolah akhir tahun 1983.
Baru jam 8 malam. Tapi suasana kampung terasa sudah mulai sepi. Sesekali dalam jarak yang agak lama terlihat kendaraan bermotor melintasi jalan aspal yang berada sekitar 25 meter dari depan rumah keluarga Sanwani. Jalan aspal itu merupakan satu-satunya jalan penghubung ke kota Jombang.
Jalan aspal yang selalu gelap saat malam karena belum ada lampu penerangan yang terpasang. Kecuali ada rumah warga yang berada di pinggirnya dan memasang penerangan berupa bohlam berwarna kuning yang di pasang di atas tiang yang terbuat dari bambu. Itupun tak banyak.
Karena sebagian besar warga kampung itu masih menggunakan lampu minyak atau petromax sebagai penerangan. Hanya beberapa warga mampu saja yang sudah menggunakan aliran listrik di rumahnya. Pada masa itu juga, belum banyak warga yang memiliki televisi.
Karena masih liburan sekelompok anak berusia antara 8 sampai 16 tahun masih asik berkumpul di teras rumah keluarga Sanwani yang cukup luas berlantai ubin tegel. Dengan penerangan lampu 25 watt mereka asik bermain-main. Seorang anak lelaki yang paling besar dan lima anak perempuan.
Dari main tebak-tebakan, bola bekel juga main gambar. Mereka tidak bisa melakukan permainan yang lebih aktif seperti petak umpet, gobak sodor atau patil lele yang biasa mereka mainkan saat
siang hari karena minimnya penerangan.
Meskipun lahan tempat mereka bermain
cukup luas. Tapi karena keadaan yang
tidak memungkinkan untuk bisa melakukan permainan aktif itu, mereka harus cukup puas dengan hanya melakukan permainan di teras atau ruang tamu saja.
"Bosan ya?" keluh Artik. Shofi yang berada di sampingnya mengangguk tak bersemangat. Mereka adalah saudara sepupu.
"Mau tidur?" tanya Artin, kakak tertua Artik. Yang secara bersama-sama dijawab gelengan kepala anak-anak yang lain.
Mereka empat bersaudara. Anak-anak pasangan Sanwani dan Sumini. Yang paling besar Artin berusia 15 tahun, lalu Armi 13 tahun, Arlik 11 tahun dan Artik 8 tahun. Sementara Shofi adalah keponakan Sanwani yang berusia sepantaran dengan Artik yaitu 8 tahun.
Selama liburan sekolah Shofie memang menginap di kediaman Pakdenya itu. Shofi sendiri tinggal bersama orang tuanya di kota lain.
"Ganti permainan saja!" usul Topan, satu-satunya anak lelaki yang sejak tadi asik dengan gitarnya.
"Iya, bosan main tebak-tebakan."
"Terus kita mau main apa?" tanya Shofi bingung.