Selesai dari Photobox, mereka berempat mengajakku ke Simpur Centre. Jaraknya tidak jauh, kami menaiki bus AC berwarna biru. Sebagai anak sekolahan, meski sekolah di sekolah Kotak Sabun yang terkenal sedikit elit, tingkat kepelitan kami sama dengan anak-anak sekolah lain. Kami membayar ongkos sebesar Rp 1000 untuk satu orang. Kalau tidak Rp 1000, kami tidak jadi naik. Dasar keturunan bermata segaris.
Pertigaan Jaka telah terlihat. Kami meminta kenek bus untuk menepikan kendaraan. Di jalan Kartini ini, laju mobil dan motor terhitung cepat. Sehingga kami harus hati-hati jika ingin menyeberang jalan. Salah perkiraan, gemetar badan menghadapi kereta dan kuda bermesin.
Memasuki Simpur Centre, mereka berempat antusias menuju Stoberi. Segala aksesoris baik kuncir rambut, jepit, bando, dan lainnya ada di sana. Semua dekorasinya berwarna pink, baik dinding, meja kasir, rak gantung, semuanya bernuansa girly. Sepertinya aku salah tempat. Ada rasa menyesal kenapa aku tidak pulang saja sehabis dari photobox tadi.
Mereka antusias sekali, berpencar untuk mencari barang yang diinginkan. Rika yang anak Jabodetabek sibuk mencari kaos kaki pendek. Tangannya meraih sebuah kaos kaki pendek berwarna paduan putih dan biru muda. Aku baru tahu, ternyata cewe-cewe yang ada di sekolah Kotak Sabun membeli berbagai macam kaos kaki pendek di tempat-tempat seperti ini.
Selama ini, aku hanya diam memperhatikan cewe-cewe gaul di sekolah ketika mereka datang ke sekolah mengenakan kaos kaki yang pendeknya se-mata kaki. Aku hanya menyimpan penasaran itu dalam diam. Tidak berani bertanya kepada mereka.
Ketika Mama mengajakku untuk membeli kaos kaki, sebenarnya aku ingin punya kaos kaki pendek juga. Namun, ketika berkeliling ke Sport Station, paling-paling yang kutemukan adalah kaos kaki pendek Robeek yang harganya lumayan mahal. Tiga pasang Rp99.000. Memakainya pun tidak nyaman karena bahannya yang tebal. Jadi, kakiku terasa panas kalau terlalu lama memakai sepatu. Lebih-lebih kalau di sekolah sedang mati lampu.
"Weh, murah nih gua ngambil kaos kaki ini harganya cuma tujuh rebu." Rika menghampiri mereka bertiga, aku mengekor dari belakang.
"Iya tah, Rik?" Selvi menanggapi. Ia melihat kaos kaki yang sedang dipegang oleh Rika. "Gua juga mau ah." Lanjutlah mereka berdua berkutat di sana.
Linka sibuk melihat-lihat kuteks. Dari kuteks yang berwarna bening, melang-meling, semua dicobanya. "Eh, coba geh kalian ke sini, bagusan yang bening apa yang emas ini?"
"Bagus yang bening, Lin," kata Sheny. "Biar nggak ketauan guru juga. Kan warnanya sama kayak warna kuku."
"Iya, yang bening aja." Rika menanggapi.
"Oh, yauda. Gua beli yang bening ya."
Sheny kemudian sibuk melihat-lihat jepit rambut, bando, dan aksesoris cewe lainnya. Begitu juga Linka dan Selvi. Raut wajah mereka serius mengamati setiap barang yang ada di sini. Karena tidak tahan, akhirnya aku memilih keluar dan duduk di bangku tunggu yang lokasinya tepat di bawah eskalator.