"Feb, gw udh d jemput ini." Linka mengirimkan pesan WA.
"Ok. Gw siap-siap."
Kami memesan tiket travel untuk pergi ke Jakarta. Seharusnya kami sudah pergi satu minggu yang lalu. Namun, karena ombak di laut masih tinggi. Terpaksa kami pergi pada Jumat malam, 4 Januari 2019.
Klakson mobil terdengar, Linka memberi tahu kalau mobil travel yang membawanya sudah memasuki gang. Aku bergegas.
Kami berdua duduk bersebelahan di depan. Setelah empat tahun tidak bertemu, ada kekikukan yang terjadi. Akhirnya, ia yang sudah lama paham dengan sikapku, menegur lebih dulu.
"Apa kabar?" Linka memulai percakapan.
"Baek. Lu gimana?"
"Baek juga. Masih ngajar?"
"Masih. Kayaknya memang panggilan hati. Gimana Sheny?" Aku langsung menuju topik pembicaraan.
"Gua dapet kabar dari sana, kalo pas nanti kita sampe di RS, kita nggak boleh sedih apalagi nangis. Kita harus kuat di depan Sheny supaya dia bisa cepet sembuh."
"Iya. Yang gua khawatirin malah lu, takutnya nggak bisa nahan diri."
"Makanya itu, gua juga bingung," paparnya.
"Selvi sama Rika kapan nyusul?"
"Katanya minggu depan mereka. Karena baru dapet cutinya minggu depan."
"Ohh. Jadi siapa aja yang bakal dateng?"
"Oliv diorang nyusul besok naek pesawat."
"Oke."
"Lu sih takut naek pesawat. Coba kalo nggak, barengan kita sama mereka," jelasnya.
"Ya gimana geh, gua gak berani," paparku. "Keseringan nonton berita pesawat jatoh. Ngeri, lah."
***
Sabtu pagi, kami tiba di rumah sakit. Sebelum masuk ke ruangan, kami mempersiapkan diri untuk terlihat baik-baik saja. Di lobi, sudah ada Stevi dan Edlyn yang menunggu.
"Mereka kayaknya nyampe sore. Pesawatnya dari Lampung lagi delay katanya. Jadi mereka belum berangkat. Masih di bandara," ujar Stevi.
"Yauda, apa kita duluan aja yang jenguk?" usulku.
"Udah siap?" Stevi memastikan. Aku mengangguk, diikuti Linka dan Edlyn.