Sari

Syarifah Suharlan
Chapter #10

Semester Empat

Semester Empat

 

           Pengisian kartu rencana studi sudah diambang akhir, aku bergegas berlari kecil menuju biro keuangan kampus untuk membayar sejumlah mata kuliah dengan sisa uang tabungan yang sudah kukuras semua dari ATM ku. Teman-teman petualanganku sudah bercerai berai di semester empat ini, mereka mengambil beberapa mata kuliah yang berbeda dengan jurusan ilmu yang aku ambil di semester ini.

           Dengan sisa uang recehan aku berjalan menuju kantin kampus, sepiring nasi dan lauk tempe orak arik dengan meminta kuah sayur cukuplah menu makan siangku saat ini.

           “Aku tidak percaya.”

           “Eti yang bercerita dengan penuh percaya diri.”

           “Itu hanya karangannya saja.”

Aku mendengar dua orang mahasiswa yang sedang membicarakan sesuatu dan menyebut nama salah seorang temanku, Eti.

           “Kata Eti dia terdampar di abad lampau.”

           “Itu sebuah kebohongan yang nyata.”

           “Mengapa begitu?”

           “Buktinya di semester ini da mengambil cuti kuliah, karena dia malu akan cerita yang membual itu bahwa dia bersama beberapa teman mengunjungi sebuah candi dan menemukan batu zamrud hijau dan saat mereka memegang batu itu mereka terlempar ke dimensi masa lalu, masa sejarah Kerajaan Sunda.”

           “Tidak masuk akal.”

           Aku yang sedang menyendokkan makanan ke mulutku tertegun diam mendengar percakapan dua mahasiswa itu, mengapa kisah petualangan kami menyebar dengan cepat. Aku segera menyelesaikan makan siangku dan membayar dengan sisa-sisa uang recehan yang kumiliki. Aku harus ke rumah Eti untuk menanyakan kabarnya dan mencari tahu mengapa cerita ini menjadi menyebar di lingkungan kampus.

           Bergegas aku ke lahan parkir kampus dan mencari motorku yang terparkir diantara beberapa motor disana, dan setelah ketemu aku masukkan kunci motor, membuka jok motor, mengambil jaket, memakainya, menutup hidung dengan masker dan memasangkan helm di kepalaku. Aku menuju ke jalan Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur, dengan kecepatan stabil motorku melaju.

           “Assalamu’alaikum…ada Eti bu?”

           “Ada, masuklah, dia mengurung diri di dalam kamar terus beberapa hari ini.” Ucap ibunya.

           “Hai Ti…bagaimana kabarmu?” tanyaku padanya

           Eti yang sedang rebahan di kasurnya menengok sebentar kearahku dan berbalik badan.

           “Hey..ada apa nih, kalau aku ada salah aku minta maaf..” ucapku kepadanya.

           “Gue bingung ri.”

           “Bingung bagaimana?”

Lihat selengkapnya