Sari

Syarifah Suharlan
Chapter #12

Aksara Kata

Aksara Kata

 

           Pukul delapan pagi aku sudah keluar rumah untuk pergi mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional. Dengan mengendarai motor aku tancap gas bergegas demi mendapati kursi seminar di bagian depan.

           Setelah aku parkirkan motorku, aku berjalan agak cepat menuju loket tiket Museum. Terlihat sudah ada keramaian orang-orang sebagai pengunjung. Ada beberapa umbul-umbul menghiasi selasar-selasar museum. Segera kubayar tiket dan mendapat gelang pita sebagai pertanda pengunjung museum seminar prasasti dan manuskrip di hari ini.

           Sebelum aku masuk ke ruangan aula seminar aku berjalan berputar terlebih dahulu melihat keramaian stand-stand yang sudah di pasang di sekitar arena museum. Sepertinya ada kegiatan stand food kuliner dan barang-barang kerajinan tangan dari sebuah tempat yang mewakili satu daerah bagian dari negara Indonesia. Dan di sisi kiri terdapat dua ruangan besar untuk pameran. Tertulis di depan pintu itu:

“PAMERAN AKSARA KATA”

MENGUNGKAP MAKNA MEMBACA TANDA

 

           Aku masuk ke dalam ruangan pameran itu, dengan pemikiran nalarku bahawa aku melihat pameran dulu selama tiga puluh menit baru setelah itu aku akan masuk ke ruangan aula seminar.

           Aksara kata, manusia memiliki cara tersendiri dalam berkomunikasi terhadap sesama, salah satunya lewat tulisan. Berawal dari ungkapan simbolik, berkembanglah aksara yang kemudian disepakati dan dipahami oleh kelompok masyarakat sebagai sarana berkomunikasi, menyampaikan gagasan atau pesan, hingga menyebarluaskan ilmu pengetahuan.

           Aksara-aksara awal di Indonesia dituliskan pada berbagai media, tak terkecuali pada batuan, baik sebagai penanda wilayah kekuasaan maupun penanda kematian. Aksara-aksara yang kini ditinggalkan dan tak lagi digunakan.

           Pameran ini membawaku untuk mengenali dan mencari petunjuk misi dari kalung liontin batu zamrud hijau dengan berbagai makna yang tertulis, melalui aksara, baik berupa simbol atau rangkaian kata pada ragam peninggalan arkeologi yang di temukan di Indonesia.

           Aku melihat sebuah banner masa lampau dalam bahan kain hitam yang diikat dengan kayu persegi panjang, bahan kain hitam itu tertulis informasi pertama.

 

Aksara Pallawa: Awal dari sebuah tradisi

 

           Pada tahun 1879, di Bukit Beubus. Muara Kaman, ditemukan empat prasati yang berasal dari Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur. Prasasti yang menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Sanksekerta ini membuka tabir silsilah sebuah kerajaan kuno yang pernah berkuasa di wilayah timur Nusantara di abad ke-5 Masehi. Sementara di wilayah barat pulau Jawa, ditemukan pula prasasti-prasasti sezaman yang mengungkapkan kekuasaan kerajaan Tarumanegara.

           Aksara Pallawa yang dipahatkan pada tujuh prasasti Yupa dan tujuh prasasti dari masa Kerajaaan Tarumanegara ini merupakan aksara yang berasal dari India Selatan, yang kemudian menyebar ke Asia Tenggara. Penemuan prasasti Yupa menjadi penanda peralihan masa di Nusantara dari masa prasejarah ke masa sejarah, dan mengawali sebuah tradisi baru dalam lokal masyarakat, yaitu tradisi tulis.

 

           “Hmm…sangat menarik..” gumamku

           “Aku baru tahu informasi ini.” Batinku lagi.

           Aku melangkah sedikit ke sebelah banner yang baru saja aku baca. Dan melanjutkan ke banner berikutnya.

 

Lihat selengkapnya