Sari

Syarifah Suharlan
Chapter #13

Dinding Pertemuan

 Dinding Pertemuan

 

           Aula ruang seminar sudah mulai banyak orang yang datang, sebelum aku masuk keruangan aula, aku menuliskan paraf tanda tanganku di lembar absen yang telah disediakan panitia. Setelah selesai dengan data absen, aku diberikan satu kotak berisi kue dan air minuman kemasan dalam gelas plastik. Aku melihat barisan kursi. Barisan kursi kedua dari depan masih kosong, pengunjung anak muda lebih condong memilih kursi dari bagian belakang, aku memilih duduk di kursi barisan kedua paling pinggir sebelah kanan untuk memudahkanku bergerak berjalan menuju pintu keluar samping aula.

           “Terima kasih atas kehadirannya.”

           “Silahkan mengisi kursi kosong bagian depan terdahulu yaa…agar ruangan berkesan padat sehingga acara diskusi prasasti dan manuskrip bisa segera kita mulai.” Ucap seorang master ceremony mengajak peserta diskusi dengan suara yang merdu.

           Di bagian depan kegiatan seminar terlihat tiga kursi kosong untuk dua narasumber dan satu moderator. Riuh rendah suara sudah mulai mendominasi. Pembawa acara kini mulai beraksi.

           “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh, selamat pagi, salam sejahtera, salam kebajikan om swasti astu. nama budaya….” Suara MC membuka acara.

           Sontak suara riuh rendah di dalam ruangan aula senyap. Mereka menunggu kelanjutan suara pembawa acara untuk mempersilahkan para narasumber acara seminar prasasti dan manuskrip,

           “Semoga yang hadir dipagi hari ini dalam keadaan sehat, dan dapat mengikuti kegiatan seminar hari ini berjalan lancar dan selesai dengan yang direncanakan.” Salam pengantat MC kepada kami.

           “Yang telah hadir di tengah-tengah kita saat ini dua narasumber yang sangat berkompeten, yaitu Dr. Nonny Safitri dan Profesor Muladi Hoyri, silahkan ke depan dan diperkenankan duduk di kursi pemateri…” ucap pembawa acara lagi.

           Setelah kedua pemateri itu berdiri dan berjalan perlahan tapi pasti ke kursi pemateri, aku melihat keunikan pada dua narasumber ini. Dr. Nonny Safitri pembicara pertama yang memiliki disiplin ilmu prasasti, sangat feminin dalam berpakaian dan bersepatu kets yang warnanya di padu padankan dengan warna baju batik yang dia kenakan, kalung aksesoris melingkar di lehernya dan rambut pendek berpotongan bulat dengan poni manis menutupi kening.

           Pemateri kedua adalah seorang lelaki bergelar profesor dengan disiplin ilmu manuskrip abad lampau, berpakaian seperti anak muda memakai celana jeans, kaos T-shirt kerah dan rambunnya panjang tergerai sebahu. Kedua narasumber sama-sama menggunakan kacamata. Dan sang pembawa acara Gilbran Asahi tersenyum senang dan bahagia karena dua tokoh itu hadir tepat waktu dan acara akan segera dimulai. Pembaw acara membacakan riwayat singkat kedua narasumber, dan mempersilahkan Dr. Nonny menjadi pembicara pertama.

           “Selamat pagi dan salam bahagia kesempatan pertama ini saya akan memaparkan tentang Prasasti dan Epigrafi.” Suara pembuka narasumber merdu terdengar.

           “Prasasti dan Epigrafi ini berada di antara dua ranah ilmu yaitu arkeologi dan sejarah.” Ucapnya lagi seraya meminta panitia membukakan file powerpoint yang sudah dipersiapkannya.

           “Mungkin beberapa diantara kita disini belum tahu apa itu arkeologi. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari masa lalu berdasarkan benda materi yang ditinggalkannya. Jadi apakah benda-benda mantan masuk kategori arkeologi?” tanya sang narasumber disambut gerr tertawa bersama-sama yang sedang mendengarkan.

           “Ternyata barang-barang peninggalan dari mantan belum masuk kategori arkeologi ya para audience. Karena salah satu tujuan arkeologi adalah mengenal masa lalu untuk merencanakan masa depa yang lebih baik…apakah para mantan kita seperti itu? Tentu tidak ya…karena setelah berpisah melanjutkan hidup masing-masing tanpa mengajak diri kita..hehehe.” urai Dr. Noony dengan tawanya yang tertata sopan.

           “Jadi arkeologi memiliki syarat keilmuan adanya riset. Sebuah penelitian antar disiplin ilmu, beberapa disiplin ilmu itu terdiri dari ilmu antropologi, ilmu sejarah, seni klasik, etnologi, geografi, geologi, linguistik, toponimi, statistik, paleantologi dan lain sebagainya…banyak juga ya ternyata…” imbuhnya agar suasana seminar tetap menyala semangat terjaga.

           “Kalau mantan meninggalkan luka hati, maka arkeologi meninggalkan artefak. Artefak ini dibagi menjadi dua yaitu artefak bertulis dan artefak tidak bertulis.” Jelasnya lagi.

           “Contoh dari artefak bertulis adalah prasasti, naskah, arsip dan berita asing. Dan artefak tidak bertulis contohnya adalah struktur, ekofak, relief dan seluruh benda yang dibentuk oleh tangan manusia.” Ucapny lagi sambil berjalan mendekati layar dari sinar infocus yang terpampang di layar putih.

           “Kita masuk ke pengertian prasasti ya. Tolong slide berikutnya…nah ini..jadi prasati adalah artefak bertulisan dari masa lampau yang ditulis di atas media yang tidak mudah rusak atau keras misalny; batu, logam berupa emas, perak, perunggu dan tembaga, timah, tanah liat baik yang dibakar atau hanya dijemur saja serta tanduk binatang dan bahan-bahan yang tidak mudah rusak.” Urainya seraya memutar balik perlahan tubuhnya ke arah audience.

           “Kalau berdasarkan disiplin ilmunya, ilmu yang mempelajari prasasti disebut paleografi yaitu ilmu yang mempelajari aksara kuno, sedangkan epigrasi adalah ilmu yang mempelajari dan menafsirkan prasasti.” Jelasnya lagi dengan intonasi tenang yang terjaga.

Lihat selengkapnya