Saring Sebelum Sharing

Bentang Pustaka
Chapter #2

KATA PENGANTAR

Serasa Nabi di Sini

Naskah buku ini ditulis dengan harapan para pembaca bisa merasakan “kehadiran” Rasul, seperti dalam lirik lagu Bimbo: Berabad jarak darimu ya Rasul, serasa dikau di sini. Jarak yang terbentang jauh antara kita dan Baginda Nabi Saw., saya coba dekatkan dengan susunan kata dan makna akan sosok dan kisah beliau Saw. ke hadapan sidang pembaca buku ini. Intinya bagaimana kita mengikuti keteladanan beliau seolah “tanpa jarak”.

Saya ingin mencontohkan satu cerita “tak berjarak” ini. Dalam sebuah pengajian tafsir yang saya sampaikan secara rutin setiap bulan di majelis khataman Al-Quran di Melbourne, saya menjelaskan bahwa di medsos sempat ada yang “mencaci-maki” saya karena saya menyebut istri Nabi Saw., yaitu ‘Aisyah radhiyallah ‘anha, dengan Siti Aisyah. Tambahan “Siti” ini tidak terdapat dalam riwayat hadis, kata komentator yang entah kenapa langsung nge-gas itu.

Saya kemudian menjelaskan bahwa “Siti” itu kependekan dari Sayyidati, sebuah panggilan kehormatan. Makanya para orang tua dan kiai kita selalu mengawali menyebut Siti saat menyebut keluarga Nabi: Khadijah, ‘Aisyah, dan Fatimah, sebagaimana menambahkan panggilan Sayyidina kepada Nabi Muhammad Saw. Ini tradisi menghormati Nabi dan keluarganya. Ini bukan bidah. Ini masuk bab tata krama (adab), bukan ibadah apalagi akidah.

Beberapa bulan kemudian, seorang kawan yang telah kembali ke Tanah Air selepas menemani istrinya studi di Melbourne, mengirim pesan lewat WA (WhatsApp) kepada saya. Kawan ini terburu-buru menyampaikan pesannya “Gus Nadir, saya baru terbangun habis mimpi didatangi Rasulullah. Saya masih gemetar, nanti saya ceritakan lebih lengkap. Sekarang saya mau tidur lagi.” Karena ada perbedaan waktu sekitar empat jam antara Tanah Air dan Melbourne, saya cuma menjawab: “Subhanallah”, seraya menanti kelak mendapatkan kisah lengkapnya.

Dan benar saja, kawan itu beberapa jam kemudian meneruskan cerita pengalaman mimpi yang menakjubkan tersebut. Dia bercerita bahwa sebelumnya dia berdebat dengan istrinya mengenai panggilan Siti untuk Siti ‘Aisyah istri Nabi. Kawan ini mencoba mengingatkan istrinya akan penjelasan saya sebelumnya di majelis khataman sewaktu mereka masih tinggal di Melbourne. Namun, istrinya tetap tidak yakin dengan penjelasan saya yang dikutip oleh suaminya itu.

Saat tidur itulah suaminya bermimpi seolah kembali hadir di majelis khataman saat itu. Dia menyimak kembali momen saat saya memberikan penjelasan. Yang mengherankan dia, dalam mimpi itu dia melihat kehadiran Nabi Muhammad dan istri beliau, Siti ‘Aisyah, di majelis itu. Segera setelah saya selesai memberi penjelasan, dia melihat Nabi Muhammad dan Siti ‘Aisyah beranjak menghampiri dan memeluk saya.

Lihat selengkapnya