Akhir perjalanan Ela dan siswa SMK tingkat akhir lainnya akan segera berakhir. Hari pengumuman kelulusan tiba. Semua anak tingkat akhir dikumpulkan di masjid. Dengan atmosfer tegang yang jelas terasa di ruangan besar ini. Siswa yang biasanya pecicilan pun hari ini diam seribu bahasa. Sepertinya ia menyadari kalau kelakuan bengal selama ini akan berimbas pada nasib mereka hari ini. Semua cerita kenakalan mereka otomatis berputar dalam benak. Secercah penyesalan hadir dalam hati kecil. Tapi apa daya, hari ini hari kelulusan. Semua yang dilakukan dulu, tak berubah meski penyesalan datang hari ini. Maka mungkin sebaris doa pembujuk Sang Pemegang Takdir bergumam di hati.
Oh Tuhan, jika hari ini aku bisa lulus, besok lusa aku akan memperbaiki diri agar hidupku lebih baik.
Suara Pak Kepala Sekolah yang biasanya terdengar riang penuh canda, meski sedang menghukum siswa-siswa bermasalah, kali ini terdengar berat. Menyampaikan kemungkinan adanya siswa yang tidak lulus tahun ini.
Dulu, saat mendengar kakak kelas yang berada di posisi mereka sekarang, yang diberi tahu ada kemungkinan siswa yang tidak lulus, adik-adik kelas meledek. Itu semua hanya untuk mendramatisir keadaan, agar suasana lebih tegang. Nyatanya, meski dulu ia juga berpikir begitu, saat ini perasaannya berbeda. Jantungnya berdebar tak karuan. Takut sekali ucapan Kepala Sekolah itu benar adanya.
Semua tertunduk. Takzim mendengarkan ucapan Kepala Sekolah, kata demi kata tak terlewat. Mengingatkan mereka pada perjuangan orang tua untuk bisa membuat mereka sampai di hari ini.
Ela dan sahabatnya tak ketinggalan meneteskan air mata. Bahkan hingga terisak. Pengorbanan orang tua mereka tergambar jelas di benak saat ini. Akan sangat menyesal mereka, jika hari ini surat yang mereka terima adalah surat pernyataan tidak lulus.
Semua siswa berkumpul per satu kelas. Wali kelas masing-masing membagikan amplop yang tidak direkat. Tidak ada yang boleh membuka isi amplop sebelum aba-aba dari Kepala Sekolah.
Ela ikut gemetar memegang amplop putih itu. Dalam hatinya meyakini bahwa ia akan lulus. Selama berteman dengan sahabat-sahabatnya ini ia lebih rajin belajar, bahkan sampai meraih pringkat tiga di kelas. Namun, tetap saja jantungnya berdebar.
“Ingat, apapun hasilnya kembalikan semua pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala,” ucap Pak Kepala sekolah sebelum memberi aba-aba untuk membuka isi amplop putih itu. “ Bismillah … silahkan dibuka.”