Yang Ela tak sangka seusai pernikahannya adalah suaminya meminta ia pindah di tiga hari seusai pernikahannya. Berat memang. Tapi ia sudah menyanggupi untuk tinggal bersama mertuanya selama tabungan suaminya belum mencukupi untuk membangun rumah yang tanahnya sudah ia beli saat masih berstatus bujangan.
Tangis tentu saja mewarnai pelepasannya. Dua puluh tiga tahun hidup bersama, maka setelah tiga hari berstatus istri ia harus berpisah dengan keluarganya. Tapi, ada rasa lega di hati Ela. Setidaknya ia tidak lagi menjadi beban keluarga. Ia tak akan membuat orang tuanya mengorbankan banyak hal demi cita-citanya lagi. ada bahu lain yang akan jadi penguatnya. Tempatnya bersandar saat ia lelah dengan semua aktifitas sehari-hari.
Keluarga suaminya pun sangan mendukung apa yang Ela kerjakan sekarang. Awal pernikahan yang menyenangkan.
Bahkan, honey moon mereka langsung pergi ke Jogja. Kota yang ingin ia kunjungi lagi setelah karyawisiata di sekolah dulu. Di mana ia hanya punya uang pas-pasan untuk meikmatti Jogjakarta. Kali ini ia datang dengan suami yang berasal dari kota impiannya. Jogja.
Liburan setelah pernikahan yang sangat menyenangkan. Menikmati indahnya pantai Parangtritis, jalan-jalan dibonceng dengan sepeda ontel – seperti impian candaannya dulu saat masih bersama Nur dan Lesa – dan yang menakjubkan dari ucapan candaan itu adalah nama suaminya sekarang benar-benar berinisial huruf I. Dulu, saat Nur menggodanya dengan menyebut nama Harun – pria yang menyukai Ela – dengan sebutan si H, Ela akan menjawab asal, bahwa suaminya kelak akan punya huruf awalan I. Dan itu nyata sekarang, suaminya bernama Ilham. Hanya Ilham tanpa nama depan atau belakang.
Tiga bulan pernikahan yang sangat menyenangkan. Pulang pergi ke kampus bisa bersama sang terkasih. Ela benar-benar tak memikirkan lagi tunggakan ke kampus, semuanya sudah dilunasi suaminya. Semua pelatihan di kampus bisa ia ikuti. Hidupnya terasa sempurna sekarang.
Tapi nyatanya, ada satu kejutan dari Tuhan untuknya. Di saat masa tenang kuliahnya, ia mendapat kabar bahwa dirinya tengan mengandung buah hati dari pernikahan mereka. Menjelang masa-masa PPL ia harus bisa kuliah sambil membawa buah cinta di dalam perutnya.
Rasa tidak nyaman akibat mual dan pusing yang dirasa bisa muncul tiba-tiba. Ia sering izin ke toilet, tapi dosen memakluminya. Mahasiswi yang kuliah dengan kondisi berbadan dua bukan hal baru di sini. Mereka yang ada di sini rata-rata punya kesamaan latar belakang.
Melihat kondisi sang istri yang terlihat kepayahan jika harus kuliah sambil terus bekerja, di tambah perutnya yang semakin membesar, maka Ilham berinisiatif bicara pada Ela malam itu selepas ia pulang lembur.
“Sayang, gimana kalau kamu resign aja dari TK. Pagi-pagi kamu harus ke Tk, siangnya langsung ke SMK buat magang. Aku ga tega liatnya,” kata Ilham berusaha selembut mungkin.
“Aku ga apa-apa, kok,” jawab Ela.
“Tapi aku ga tega. Kalau kamu sama bayinya kenapa-napa, gimana?”
“Ya jangan gitu bilangnya. Doain aja kita sehat,” jawab Ela tak mau kalah.
Ilham menghela nafas, mengalah.
Ela merasa tak ingin melepaskan pekerjaan yang sudah sangat dicintainya. Berkat pekerjaan ini pula ia bisa bertemu dengan sang suami.
Tapi kemudian, Tuhan menegurnya lewat sebuah kejadian tak menyenangkan saat ia pergi ke TK. Angkot yang ditumpanginya melaju dengan ugal-ugalan. Memaksa menyerobot pengendara lain, bahkan sampai keluar dari jalanan aspal. Hingga membuat penumpang yang ada di dalamnya menahan nafas ngeri. Jalanan bergelombang membuat perut Ela terasa tak nyaman.
Beberapa penumpang protes melihat gelagat Ela yang tak nyaman.
“Mang, pelan-pelan, ada ibu hamil ini.”
Mendengar itu barulah si supir mengurangi aksi ugal-ugalannya.
Tapi rasa nyeri itu terus berlangsung sampai di TK. Ela langsung bicara pada Bu Erna dan Bu Ratih. Memintanya untuk menggantikannya sementara ia berusaha mengurangi rasa tak nyaman di perutnya.
Setelah di rasa membaik, ia kembali meneruskan kegiatannya seperti biasa. Namun menjelang sore, kram di perutnya muncul lagi. Membuat Ilham dan ibu mertuanya panik.
Ia segera membawa Ela ke klinik terdekat.