SARJANA RUMAH TANGGA

Lail Arrubiya
Chapter #32

Lika-Liku

Perjuangan Ela untuk menyelesaikan kuliahnya bukan bualan belaka. Ia rela bergadang untuk menyelesaikan skripsinya. Siang hari ia akan berburu data dari buku dan sumber dari internet yang kredibel. Kemudian jika sudah waktunya bimbingan ia akan mengejar dosen pembimbing yang tidak selalu ada di kampus.

Pernah satu waktu, Faqih tak bisa ditinggal bersama neneknya. Ia menangis sejadi-jadinya saat melihat Ela akan berangkat. Sementara ia sudah membuat janji untuk bertemu dosennya untuk bimbingan. Pada akhirnya, ia terpaksa mengajak Faqih ke kampus.

Saat ia bimbingan, Ilham akan menjaga Faqih di masjid kampus. Atau jika dia benar-benar tak bisa ditinggal, Faqih akan diajak.

Pulangnya mereka harus merasakan paparan terik mentari. Ela berusaha membuat Faqih tetap nyaman, tapi tak kepanasan dengan memakaikannya topi.

Siang ini, Ela kembali menemani Faqih bermain sambil mengerjakan skripsinya. Ia tak bisa membuang waktu, ia merasa bisa mengerjakannya bersamaan dengan menemani Faqih yang kian hari kian aktif. Dan kini sudah mulai bisa rambatan. Belajar berdiri dan berjalan dengan berpegangan pada apa saja yang ia rasa bisa dijadikan pegangan untuk berdiri.

Sesekali Faqih menarik baju ibunya, berusaha berdiri berpegang pada punggung ibunya. Menyadari itu, Ela langsung menjaga dengan tangan yang terjulur ke belakang. Satu dua kata terdengar dari mulut kecil Faqih.

“Mbu …” satu kata yang jelas maksudnya memanggil sang ibu.

Ela tahu ia harus menyudahi kegiatan menyusun skripsinya. Ia meninggalkan laptop yang masih menyala dan terlihat dokumen word berisi tulisan dalam bahasa inggris.

“Faqih mau mimi?” tanya Ela pada putranya.

Faqih tak menjawab. Tapi ibunya tahu kalau ini waktunya sang putra minum susu. Ela mendudukan Faqih, kemudian beranjak mengambil botol susu di dapur. Hanya mengambil botol susu, karena susu formula dan air sudah ada di kamarnya.

“Faqih, duduk di sini sebentar, ya. Ibu ambil botol susu dulu.”

Memang hanya butuh sebentar juga untuk Faqih duduk tenang seperti pesan ibunya. Hanya sebentar.

Anak bayi ini sedang senang-senangnya berlajar berdiri. Ia meraih meja komputer milik ibunya, memencet tombol apapun yang ia suka. Setiap tekanan membuatnya semakin tertarik. Bahkan ia tergelak.

Tapi tidak dengan ibunya. Saat datang, Ela melihat putranya tengah asik mengetik sembarang. Membuat deret huruf di dokumennya semakin terlihat penuh, bersama simbol dan angka yang tak jelas dibacanya.

“Astagfirulloh,” teriak Ela.

Lihat selengkapnya