5+1
"Tolonglah, ya mbak... ditanam setidaknya satu pohon. Apa nggak kepanasan? Entah kenapa hari semakin gerah akhir-akhir ini."
Sari yang ditegur tetangga sebelahnya buntu otak. Hanya karena pekarangan rumah Sari kosong—hanya rerumputan segar hijau tanpa adanya pohon atau tumbuhan lainnya.
"Apa mau saya yang berkebun di halaman rumahmu, mbak?" tanya tetangga yang cukup berumur itu.
"Aah, kalau memang bapak berkenan, silakan, boleh pakai halaman saya buat berkebun kapan saja...," jawab Sari dengan mengangguk sungkan.
"Boleh? Oke deh, mulai besok saya bakal mempercantik halaman, mbak."
"Terima kasih," lirih Sari berusaha memotong pembicaraan.
"Iya, mari, mari, terima kasih kembali." Pria tersebut berjongkok dan lanjut mengurus tanamannya.
Sari memutar badannya seraya menggaruk kepala, bingung. Padahal bisa memanggil tukang kebun ke rumah, kenapa repot-repot menanam sendiri.
Hhmm... apa mungkin beliau melakukan olahraga masa tuanya dengan cara berkebun? Asyik juga, ya, suara batin Sari.
Hari ini Sari pulang lebih awal karena pemilik perusahaan mengadakan pesta merayakan ulang tahun perusahaan. Kelonggaran diberikan untuk merilekskan pikiran.
Rencana Sari setelah ini akan memasakkan sesuatu setelah sekian lama selalu makan makanan pesan-antar. Makan siang bersama. Lalu mandi dan akhirnya tidur siang.
Sebelum masuk, Sari menoleh ke kanan dan kiri, ia malu jikan menggeliat dilihat orang asing. "As-tagaa, lelahnya."
Ia menghirup udara perumahan bergengsi, wangi yang masuk ke hidungnya adalah tanaman tetangganya tadi yang basah karena baru saja disiram.
Wah, kalau bapak tadi berencana bertanam di depan rumah, bakal segar dong rumah. Kenapa nggak kepikiran dari dulu, ya?
Sambil menghembuskan napas penyesalan, Sari membuka pintu.
Tiba-tiba saja sorot matanya menangkap pandangan Bella yang berlari tergopoh-gopoh masuk kamarnya. Sedetik kemudian pintu dibanting saat menutup.
Ada keinginan menegur tapi Sari sendiri tak tahu apa masalahnya.
Tungkak sepatu berkelotak saat dihempaskan ke lantai. Wanita ini tidak sadar kalau wajahnya penuh kelelahan, jika cermin dilihatnya, maka dia akan buru-buru cuci muka.
Langkah Sari yang hendak masuk ke kamar terhenti setelah mendengar suara hantaman di pintu.