6
"Dia resmi menjadi Pacarku."
Caca bersama kelompoknya terdiam. Sekaligus Bella yang digandeng Leo.
Sorot mata mereka hanya tertuju pada menautnya tangan Bella dan Leo. Menggenggam sangat rapat.
Yang Caca dapat lakukan hanya menangis, dan matanya memang mulai berair. Ini menyakitkan hati. Bella resmi menjadi milik Leo.
"Jadi jangan pernah kalian mengganggu dia lagi," kata Leo. Tak ada jawaban, bahkan mengangguk saja tidak.
Bella sendiri melepas paksa genggaman tangan Leo, menghempaskan cokelat batang ke tanah dan pergi. Lebih tepatnya kabur.
Namun Leo tidak.
Sofi, Naila, Ella, juga Beni bingung mau bagaimana. Keempat orng ini hanya dapat mengerling ke arah Caca.
"Ini sudah berakhir." Saat Leo berkata demikian, Beni memutuskan untuk mengusir.
"Pergilah," ucap Beni. Dan Leo benar memutar badan untuk pergi.
"Jangan." kata ini menahan langkah Leo. Caca bangkit dari duduk silanya, mengelap air mata dengan dasi sekolah, menghampiri Leo. "Setega itu kau sampai membawa kekasih barumu di depanku?"
"Memangnya kenapa–"
"Sepele?" ratap Caca. "Apa... apa kau mau bilang ini hal sepele?" pandangan Caca jadi kabur karena air mata. "Ini kelakuan bodoh."
"Ini cara agar kau diam–"
"Tapi bukan kayak gini, Leo," lirih Caca. "Aku masih ingat kau ngomong, 'aku yang menciptakan ekosistem cinta padamu, maka aku bertanggung jawab penuh padamu' nggak ingat?"
Mungkin hati memang tidak bohong. Caca berusaha mati-matian untuk memperjuangkan hubungan yang kesannya sudah kadaluwarsa.
"Ee... bagaimana yang itu, 'kita sudah jatuh hati bersama, karena sama-sama jatuh, maka untuk masalah yang ini, jelas kita harus jatuh bersama' nggak ingat juga?"