Sasi Kirana (Arga Maruta)

Oleh: Hermawan

Blurb

Kisah bocah bernama Sasi Kirana. Para Batara telah mengirimkan pasukan Bajul Barat untuk membantai putranya di Archapada. Pembantaian Mahesasura telah merengut ibuku. Bersama Petruk, aku terdampar di Pedepokan Maya, Disana aku bertemu Batara Narada, Kaki Semar, serta gadis cantik bernama Sekarwangi. Seorang pria yang bernama Ludra, menjadi pembimbingku, serta anak dari pondok menjadi musuhku pada hari pertama.
Pertandingan Blabar Kawat dilakukan, pada saat pertandingan mencapai puncak, aku mendapatkan pengakuan dari ayahku, sebagai Putra Bayu. Kedatangan Simo belang Hargadumilah membuat Bayu mengakuiku sebagai putranya. Melalui sebuah mimpi aku mendapatkan informasi bahwa ada dua batara yang mengadakan duel. Esok harinya aku mendapatkan informasi bahwa Bajra Indra telah dicuri, aku dituduh sebagai pencurinya.
Untuk mendapatkan pembuktian bahwa aku Arga Maruta (Putra Bayu), aku menerima misi ditemani dua teman, Petruk dan Sekar. Setelah mendatangi sang Basuki yang memberi aku jawaban. Aku harus ke Timur, dan aku akan melawan Batara serta temanku akan berkhianat. Beberapa petualang hebat telah menunggu nyawaku. Kami mendatangi Yama untuk mengambil Braja. Ternyata Kala telah menipu, dan mefitnahku. Ia meletakkan braja didalam tas ranselku. Aku mencarinya. Aku bertarung melawannya. Angin selalu memberi kehidupan.
Pertarungan dengannya hampir membuat nyawaku menghilang, tetapi akibat kesombongannnya ia terlena, hingga ia kalah dan menghilang. Aku menuju Jakarta untuk menyerahkan Braja. Disana Indra dan Bayu telah menunggu kedatanganku. Aku sempat mendapatkan ancaman dari Indra. Bayu mengingatkan kakaknya. Aku berbincang dengan ayahku Bayu. Ia memberi hadiah yang dapat menyelamatkan. Aku memberikan padanya ibuku. Ia berhasil lolos dari ancaman ayah tiriku Kesa.
Saat tanggal tujuh belas agustus berkumandang, upacara bendera dilaksankan kemeriahan memperingati hari kemederkaan berkumandang di Padepokan Mayapada. Penyambutan meriah meneranginya. Ludra mengajakku ke hutan, ia meremas coke, lalu murka menyerangku. Ia putra Dwapara, dewa yang membenci keturunan Bayu. Kalajengking memberi ancaman bagiku. Serangan itu hampir membuatku tubuhku tak berdaya. Ia hilang entah kemana. Semar memberi pertolongan. Aku kembali ke sehat. Pilihan telah aku tentukan bahwa aku akan kembali ke mayapada lagi.

Lihat selengkapnya