‘Somewhere, beyond the sea,
somewhere waiting for me...’
Perlahan suara bariton Bobby Darin memenuhi pikiranku dan menjalar di gendang telingaku, seolah aku mendengarnya bernyanyi tepat di sampingku. Senandungnya pun bergema lembut di antara gemuruh ombak dan arus laut yang semakin teredam.
Alunan suaranya yang begitu soulful seperti melemparku ke tahun-tahun saat aku masih remaja di Malang sana. Memiliki seorang Ayah yang begitu menggilai musisi rock n roll era 50-an atau 60-an, membuatku tidak asing dengan lagu-lagu lawas sejak dulu. Kadang aku bahkan mendengar suara serak Ayahku mencoba mengimbangi Elvis Presley, Fats Domino atau Chuck Berry yang bisa dipastikan gagal itu.
Kalau sudah begitu, biasanya Ibu akan berteriak atau berjalan cepat-cepat dari bagian depan rumah kami yang disulap menjadi warung makan khas Jawa dan menuju kamarnya, menemui laki-laki si pemilik suara. “Yah, jangan keras-keras kalau nyanyi. Bikin malu ada orang lagi makan,” katanya dengan mata sedikit melotot.
Namun jangan dipikir ancaman itu akan membuat Ayahku berhenti. Dia biasanya bahkan makin meninggikan suaranya sampai irama si penyanyi asli yang mengalun dari piringan hitam tua itu kalah. Sudah bisa kutebak Ibu akan mengeluarkan berbagai alasan kepada para pembeli yang bertanya kalau itu semua terjadi. Penjelasannya yang terpopuler tentu saja adalah itu suara dari tetangga sebelah yang depresi karena ditinggal pacarnya menikah.
Mau tak mau aku tergelak mengingat semua itu.
Sungguh mengherankan.