saṃsāra

Arai Amelya
Chapter #9

Saṃsāra

“Kau serius akan menunggu di mobilku? Kau tidak ingin ke ruangannya Tiara?” tanya Eren saat dia menghentikan mobilnya di area parkir pusat rehabilitasi. Kali ini Eren tidak membawa mobilnya yang biasa, tapi dia menggunakan Honda Jazz berwarna putih, mobil yang dia pakai saat masih menempuh pendidikan Akpol dulu.

Luna menggeleng perlahan. “Kalau aku ada di sana, aku mungkin akan lebih membebani kalian. Kalian sudah sepakat untuk hanya membuat Tiara sebagai umpan tunggal, kan? Lagipula sebetulnya Andre mungkin mengira aku tidak ada bersama kalian,”

Eren terdiam sesaat. Dia lalu menatap Luna dengan sangat cemas. Keputusannya untuk membawa gadis itu tinggal bersamanya agar bisa diawasi setiap saat, justru membuatnya semakin khawatir. Dia tak bisa menghilangkan perasaan takut yang cukup berlebihan, andai saja operasi penjebakan Andre kali ini gagal dan malah membahayakan nyawa Luna.

Butuh tiga hari lamanya bagi Eren dan keempat rekannya untuk merencanakan misi yang bisa dibilang cukup berisiko ini. Adalah Tiara yang memberikan usulan atas rencana ini. Di mana dia bersedia menjadi umpan agar Andre datang ke Menjiwa Health Care tempatnya dirawat, supaya monster itu tiba dengan mobil SUV yang diyakini terdapat flashdisk berisi bukti-bukti yang tak sengaja ditinggalkan oleh Luna.

Eren sangat yakin kalau Andre yang sudah mengetahui keberadaan adiknya itu akan memanfaatkan kelengahan polisi untuk menculiknya. Dan ketika dia melakukan penculikan, Andre sudah pasti akan menggunakan mobil SUV kesayangannya, Toyota Land Cruiser 300 berwarna putih dengan kaca mobil yang sangat gelap.

Mobil yang menjadi tempat dia meringkus Luna, tiga pekan lalu.

“Kau yakin kalau Andre akan benar-benar masuk dalam perangkap kita? Sebetulnya ini adalah sebuah perangkap yang sangat lemah. Bodoh kalau dia tetap datang tanpa curiga dengan mobil SUV itu,” bisik Bono saat dia sudah ada di dalam ruang kendali operasi dengan Eren.

Eren diam tidak mempedulikannya. Dia masih mengamati monitor yang menampilkan tiga pemandangan berbeda. Ruangan tempat Tiara dirawat, area parkir Menjiwa Health Care dan lorong pusat rehabilitasi mental itu. Meskipun keempat rekanya tengah fokus mengamati kamera pertama yang memperlihatkan Tiara, Eren sejatinya jauh lebih khawatir dengan kamera kedua di area parkir. Di mana kamera kedua itu juga menyorot jelas mobilnya yang terdapat Luna di dalamnya.

Demi berjanji pada Luna, Eren memang tak memberitahu ke rekan-rekannya kalau dia ada di dalam mobil.

“Kau hanya perlu melihat ke arah CCTV itu,” tunjuk Eren ke arah kamera tersembunyi di dekat pohon saat hendak turun dari mobil. “Setelah kau memastikan kalau mobil yang dibawa gerombolan Andre saat ini adalah mobil yang membawamu saat itu, kau harus memberi tanda ke arah kamera. Lalu kemud,-“

“Aku akan bersembunyi di bawah kursi mobilmu. Aku tidak akan bergerak. Aku tidak akan keluar,” potong Luna sambil memutar matanya. Dia benar-benar tampak bosan karena Eren sudah berulang kali menanyakan hal itu seolah-olah dirinya adalah anak kecil yang tak bisa apa-apa.

“Kau juga harus langsung menekan tombol di jam yang kau pakai, kalau tiba-tiba Andre, atau anak buahnya menemukanmu. Aku akan langsung datang menyelamatkanmu,” lanjut Eren masih begitu cemas.

Luna mengangguk tak sabar. “Sudahlah, aku paham. Aku benar-benar mengerti perintahmu. Kau pikir aku bisa menjadi jurnalis yang hebat kalau aku bodoh?”

Eren tersenyum kecil. Gadis ini memang benar-benar bisa membuatnya terhibur dalam kondisi apapun. Seolah dia memiliki magnet kebahagiaan yang tak pernah ada habisnya. Bagi Eren memastikan keamanan Tiara adalah yang utama, karena dialah yang paling berpotensi untuk diculik. Ketika tahu kalau anak buah Andre mengendus keberadaan Tiara, Eren memanfaatkannya dengan membuat rencana seolah-olah mereka tidak menyadari orang-orang jahat itu.

Hanya saja karena keterbatasan Bintara dan Tantama yang bersedia terlibat, operasi yang penuh risiko kali ini hanya dijalankan oleh total sepuluh orang saja. Itupun mereka yang memang benar-benar percaya pada Eren dan siap mempertaruhkan jabatan mereka di institusi Polri. Karena Eren tahu, berhasil atau tidaknya rencana ini, Andre pasti akan melaporkannya ke pamannya.

Melihat ada tiga orang polisi yang berjaga dengan menyamar di sekitar kamar Tiara, membuat Eren kembali menatap monitor kedua dengan cemas. Entah kenapa, dia begitu takut kalau tiba-tiba Luna yang justru jadi korban dalam rencana yang dia anggap dibuat dengan sangat tergesa-gesa itu.

“Tenanglah. Kita pasti akan bisa menemukan flashdisk itu. Dia juga pasti aman di mobilmu,”

Eren menoleh kaget mendengar bisikan Bono. Dia menatap Bono penasaran.

“Aku sudah lama mengenalmu. Aku tidak bodoh. Aku tahu kau berulang kali hanya menatap monitor kedua dengan sangat cemas, padahal tidak ada siapa-siapa di sana kecuali mobilmu. Kurasa di sana ada Luna, kan? Kau menyuruhnya bersembunyi?”

Eren tersenyum kecil. Merahasiakan sesuatu dari Bono adalah hal yang sulit dia lakukan. Bono membalas senyuman Eren yang kini terlihat lebih tenang. Dia lalu memukul pelan bahu sahabatnya itu. Mungkin benar kata Charles dan Gunawan, Eren memang benar-benar jatuh hati pada Luna.

“Ada mobil datang, dan itu adalah SUV,” suara Charles yang mengintai dari rooftop Menjiwa Health Care terdengar dari HT digital yang dipegang oleh Bono.

“Apa mobilnya?” tanya Eren dengan cukup tegang.

“Toyota Land Cruiser 300, berwarna putih dengan kaca sangat gelap,” lanjut Charles setelah beberapa waktu terdiam.

Eren langsung menatap monitor kedua. Dia melihat Luna mengangkat jempolnya sekilas ke udara, ke arah kamera tersembunyi. Aksi yang sangat singkat itu bahkan sepertinya cuma disadari oleh Eren karena orang-orang di dalam ruangan itu cuma menanti kemunculan mobil SUV di area parkir.

“Gila! Si brengsek itu benar-benar terjebak!!!” pekik Bono sambil menahan teriakannya karena kemudian Dewi melihatnya sambil melotot dan tampak kesal.

Eren tersenyum lebar, hanya saja senyumannya langsung membeku saat Charles memberitahu kalau di belakang mobil SUV itu adalah mobil Audi A8L berwarna gelap. Jantung Eren bahkan berdegup semakin kencang ketika mobil Audi itu diparkir tepat di samping Honda Jazz miliknya. Rasanya Eren ingin segera berlari untuk menyelamatkan Luna yang dia yakin tengah begitu ketakutan, karena berada sangat dekat dengan Andre.

“Rusa satu, dua, dan tiga, waspada. Target sudah keluar dari mobil dan menuju ruangan. Rusa empat dan lima, kalian awasi area parkir dan lorong. Pastikan jika semua sudah clear, aku dan Eren akan masuk ke dalam SUV,” ujar Bono sambil berbicara lewat earpiece.

Masih mengamati melalui monitor, terlihat Sigit bersama tiga orang preman lainnya keluar dari SUV. Mereka semua mengenakan pakaian serba hitam dan terlihat waspada menatap sekeliling. Empat orang itu berjalan perlahan meninggalkan area parkir.

“Kenapa si brengsek itu tidak keluar dari mobilnya?” gerutu Eren lirih.

Beberapa menit kemudian, saat empat preman sebelumnya sudah menelusuri lorong Menjiwa Health Care menuju ruangan Tiara, Eren melihatnya. Andre mengenakan kaos polo berwarna putih dengan kacamata dan celana berwarna hitam. Mungkin jika orang tidak tahu kejahatan yang sudah dia lakukan, akan bisa dengan mudah terpesona pada sosok Andre.

Dengan santai dan tampak begitu percaya diri, Andre berjalan keluar dari mobilnya dari pintu sopir. Tampaknya Andre memang mengendarai sendiri mobilnya dan tidak sadar kalau tengah dipantau oleh polisi. Ini semua memang menjadi bagian dari rencana Eren di mana dia dan keempat rekannya, berpura-pura meninggalkan pusat rehabilitasi tiga jam lalu. Dengan begitu sepertinya anak buah Andre yang menjadi mata-mata, akan melaporkan pada atasannya kalau Tiara hanya tengah dijaga oleh para Tantama saja.

“Kita ke area parkir sekarang, Ren?”

Eren mengangguk. Hal terakhir yang dia lihat di monitor adalah Andre masih berdiri diam di depan mobilnya, menatap keempat anak buahnya berjalan di sepanjang lorong.

Hanya butuh beberapa menit bagi Eren dan Bono untuk sampai di seberang area parkir. Mereka bersembunyi di salah satu dinding pembatas dengan waspada. Eren bisa melihat bagaimana Andre masih belum bergerak. Lalu kemudian ponsel Andre berdering dan Andre melihat layarnya sambil tersenyum. Berjalan dengan begitu pongah, Andre melintasi mobil Eren.

Cepat, segera menjauh dari mobilku...

Eren merasa hatinya anjlok karena Andre justru berhenti tepat di depan mobilnya. Andre bahkan berjalan perlahan ke jendela penumpang yang berada di samping sopir, tempat di mana Luna berada. Dalam posisi yang siaga, Eren bahkan bisa mendengar jantungnya berdegup sangat kencang. Sampai akhirnya degup jantungnya itu berangsur normal saat Andre sudah berjalan meninggalkan mobilnya, beberapa waktu kemudian.

“Ren, ayo! Kita mungkin hanya punya waktu kurang dari satu menit!!” bisik Bono tegas.

Segera setelah Andre berlalu pergi dan mulai berjalan ke lorong menuju ruangan Tiara, dia dan Bono berlari mendekati mobil SUV putih itu. Menggunakan alat khusus milik kepolisian, Bono membuka bagian bagasi mobil SUV itu.

Jika ingatanku benar, flashdisk itu masuk ke sela-sela bangku penumpang paling belakang. Waktu itu memang keluar dari saku celanaku

Eren kembali mengingat pengakuan Luna. Dia kemudian menjulurkan tangannya memeriksa sela-sela bangku penumpang bagian belakang itu.

“AAAAAAAAAAAAA!!!! PERGI!!!!!” teriakan Tiara yang terdengar lewat earpiece memecah konsentrasi Eren.

“TOLONG! TOLONGGGG!!! PERGI KAU SEKARANG!!!!” teriakan Tiara kembali terdengar, hanya saja kali ini seolah diikuti oleh suara tembakan senjata dan kericuhan orang-orang sedang beradu beladiri.

“Eren cepat!! Kita harus pergi dari sini dan membantu mereka di ruangan Tiara!!!” sembur Bono membuat Eren tersadar dan meneruskan tugasnya. Hingga akhirnya saat memaksa tangannya untuk masuk ke sela-sela bagian bawah pada kursi belakang SUV itu, Eren menemukannya. Sebuah spidol besar dengan tutup berwarna merah yang jika bagian kepalanya diputar sekali ke arah kanan, akan menampilkan port USB.

Seperti penjelasan Luna sebelumya, Dia memang memesan flashdisk dengan kapasitas 1TB itu dalam bentuk yang unik. Sehingga orang-orang tak akan cukup menyadari kalau pena yang selama ini dibawanya ke mana-mana adalah tempatnya menyimpan berbagai rahasia penting. Setelah memastikan berhasil mendapatkan flashdisk tersebut, Eren memasukannya ke dalam saku dan dia langsung berlari bersama Bono ke arah paviliun tempat Tiara berada.

Melalui earpiece, Eren bisa mendengar kalau terjadi pertarungan cukup sengit antara para polisi kepercayaannya dengan anak buah Andre. Eren bisa membayangkan kalau polisi-polisi muda itu tampaknya akan cukup kesulitan meringkus salah satu anak buah Andre yang bertubuh besar dengan kulit sangat gelap itu.

Seperti tikus yang menyadari kalau telah memasuki sarang kucing, mungkin itulah hal yang paling tepat menggambarkan kondisi Andre saat ini. Di dalam ruangan, saat sudah begitu dekat dengan Tiara, dia baru menyadari kalau sebetulnya telah dikepung oleh para polisi. Awalnya mengira hanya ada beberapa Tantama yang berjaga, Andre begitu terkejut kalau beberapa Perwira yang sangat terlatih tengah menghadangnya.

“Andre Danuatmadja, menyerahlah. Kau akan ditangkap dengan tuduhan penculikan!” ujar Dewi dingin sambil mengarahkan senjata api kepada Andre yang berdiri di hadapanya.

“Penculikan?” Andre tertawa mengejek. “Aku hanya ingin berjumpa dengan pacarku, iya kan sayang?” tambah Andre sambil menatap Tiara yang benar-benar ketakutan di hadapannya.

“Apa ada yang salah kalau aku ingin bertemu dengannya? Orang sepertiku memang bisa membuat siapapun rindu ingin bertemu. Kalian polisi-polisi bodoh akan mendapat balasan dari perilaku tidak sopan ini, aku jamin itu,” ancam Andre sambil tersenyum licik.

“BAJINGAN GILA!!!!” suara Eren tiba lebih dulu sebelum sosoknya, sebelum akhirnya dia memasuki kamar Tiara dan langsung berlari ke arah Andre. Namun dengan sigap Sigit langsung berdiri di depan Andre. Tubuhnya yang besar ternyata mampu melindungi atasannya itu.

“Kau harus belajar, untuk melindungi orang lain, Iptu Eren. Aaah, atau harus kupanggil, kakak ipar?” lanjut Andre setengah bercanda karena dia malah tertawa dengan senang.

DUARRRRRRRRRRRR!!!!

Ledakan yang sangat keras terdengar dari area parkir, sampai terlihat asap hitam yang membumbung tinggi hingga di ruangan tempat Tiara berada. Situasi yang mengejutkan itu rupanya dimanfaatkan Andre dan komplotannya untuk menerjang para polisi yang bengong. Dengan segera mereka langsung meninggalkan ruangan dan berlari menuju lorong untuk sesegera mungkin ke area parkir.

“Ada ledakan. Ada ledakan di parkiran mobil. Sebuah minibus berwarna biru jadi korban dan aku sudah menghubungi pemadam kebarakan untuk memadamkan api,” suara Gunawan mengalir di earpice mereka.

Informasi dari Gunawan itu langsung membuat jantung Eren berdegup kencang. Tanpa mempedulikan rekan-rekannya yang memanggilnya bingung, Eren langsung berlari ke arah ledakan. Hanya satu yang terlintas di pikirannya, Luna. Karena Eren ingat betul kalau mobilnya memang terpakir di depan minibus biru tersebut. Bono yang mengetahui kegusaran Eren, menghalangi Dewi yang hendak mengejarnya.

“Rencana kita saat ini hanya mengambil flashdisk itu diam-diam. Bukankah kita sudah sepakat kalau tak akan mengejar gerombolannya Andre? Kita biarkan saja mereka pergi,”

Dewi menatap Bono dengan ekspresi ingin membantah.

“Charles, Gunawan, amati terus pergerakan mobil target sampai mereka pergi. Beri aku informasi ada berapa total orang yang terlibat,” suara Eren terdengar dari HT digital yang tergantung di saku Bono. Bono tersenyum takjub. Dalam kondisi yang begitu cemas, Eren masih bisa berpikir logis dan memberikan perintah secara akurat.

Padahal jauh di dalam hatinya, Eren merasa sangat tidak tenang. Dia berlari dengan napas memburu, bahkan sampai menabrak beberapa orang di lorong. Dan ketika sampai di ujung area parkir, apa yang ditakutkan oleh Eren terbukti. Minibus biru yang meledak itu benar-benar ada tepat di belakang mobil Honda Jazz-nya. Saat hendak menuju mobilnya, Eren bisa melihat kalau mobil Audi milik Andre berlari dengan kecepatan tinggi, disusul oleh mobil SUV putih.

Lihat selengkapnya