Kenapa aku ambil judul 'SATARUPA'? Kenapa tidak yang lain? Itu dikarenakan aku telah banyak mengulik filosofi dari seekor kupu-kupu. Yang dalam bahasa Sanskerta adalah Satarupa.
Hidup seekor kupu-kupu, tidaklah instan seperti makhluk lainnya. Jika makhluk lain terbentuk sempurna dan indah sejak lahir, maka seekor kupu-kupu harus menjadi seekor ulat yang menjijikan dan geli, sebelum dia bermetamorfosis menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan indah.
Maka begitu juga dengan kehidupan tokoh dalam cerita. Tidak ada satu pun manusia di bumi ini yang tidak ingin bahagia. Bahagia dalam artian bebas dari masalah dan bisa menjalankan kehidupan dengan tenang dan damai. Karena itu aku menulis novel ini, isinya tidak akan hanya mengisahkan dua insan yang tanpa sengaja terhubung dalam ikatan samar. Tapi juga menyadarkan tiap insan tentang apa arti bahagia sebenarnya.
So, dukung aku dengan like, komen, dan share novel ini ke seluruh sosial media kalian. Biarkan kisah orang-orang yang tak baik-baik saja ini menginspirasi banyak orang lainnya.
Salam hangat,
Nawasena Afati