“Jika rupa saja bisa berubah total setelah melakukan tindakan operasi, maka hati juga bisa berubah setelah dia terluka.”
***
Jemari telunjuk yang mengetuk-ngetuk di atas meja, adalah hal yang dilakukan oleh seorang perempuan muda muslimah yang siang itu mengenakan masker mulut di wajah.
Sementara sosok perempuan lainnya dengan rambut sebahu, melipat bibirnya ke dalam kala sepasang matanya menangkap raut wajah tak mengenakkan dari orang penting di hadapan.
Si perempuan muslimah itu mengangkat pandangan, kedua alisnya lantas berkerut saat dirinya menangkap ketakutan dari Lydia—seorang perempuan yang dia pilih sebagai manajer untuk membantu pekerjaannya.
“Ayolah, kamu bekerja bersamaku sudah mau 2 bulan, Lydia. Masa ditatap seperti itu saja kamu takut, hm?”
Kini, tangan yang tadi mengetuk-ngetuk di atas meja beralih untuk menopang dagu.
“Duduk dan santai saja, Lydia!” Suara si perempuan berjilbab itu terdengar lebih seperti perintah.
Menurut, perempuan dengan rambut sebahu itu lantas menarik kursi yang membuatnya masih tetap berhadapan dengan Zara.
“Saya hanya takut Anda akan marah pada saya. Jadi saya menunduk dalam untuk antisipasi.” Perempuan bernama Lydia itu pada akhirnya bersuara.
Sementara sosok perempuan lain yang ada di ruangan itu, menarik satu sudut bibirnya ke atas—tersenyum miring. “Padahal wajahku seimut ini, tapi masih saja orang-orang mengira kalau aku ini garang.”
Sambil menyandarkan punggung, perempuan muslimah bernama lengkap Zara Kalila Husna itu memainkan kuku-kukunya yang nampak dipoles oleh Henna berwarna hitam—warna kesukaannya.
“Katakan! Kali ini kamu mau memberi usulan apa padaku?” tanya Zara pada Lydia.
Berdehem singkat, Lydia pada akhirnya memberanikan diri untuk menyampaikan usulannya. “Aku mau kamu menampakkan diri di seminar kali ini. Walaupun aku tau kamu akan menolak, tapi kali ini aku akan kasih kamu reward kalau kamu mau tampil di depan para fans kamu, Zara.”