SATARUPA

Nawasena Afati
Chapter #10

08 : Liburan Berkedok Riset

“Debaran jantung, itu tanda dari berbagai perasaan dalam hati. Semakin cepat debarannya, maka akan semakin kuat juga perasaan dalam hati tersebut.”

***

Zara kira, Lydia tidak serius dengan perkataannya yang sudah menemukan tour guide untuk menemani Zara liburan. Sekalipun serius, Zara kira tour guide yang dimaksud adalah seorang perempuan selayaknya Lydia sendiri. Tapi mengapa yang datang sekarang, justru seorang lelaki muda yang sialnya pernah melihat Zara sedang kambuh?

Tau pada saat kecemasan Zara hampir menguasai setelah seminar berlangsung? Dan berujung membuat Zara meredam kecemasan itu di toilet hotel seorang diri? Seorang lelaki yang Lydia pilih untuk menjadi tour guide liburannya adalah lelaki itu. Lelaki yang entah sejak kapan berada di depan pintu toilet hanya untuk memberinya trik lain mengatasi kecemasan.

“Apa memang dunia sesempit itu?”

Ah, sial sekali. Zara menepuk kening dengan gemas, ingin sekali rasanya Zara memarahi sahabatnya itu. Bisa-bisanya dia asal menerima tour guide tanpa berbicara lebih dulu padanya? Zara mungkin tidak akan masalah jika tour guide itu adalah seorang perempuan. Sementara sekarang, tour guide yang dipilih oleh sahabatnya itu adalah seorang lelaki.

Jujur saja, Zara agak tidak nyaman jika tour guide tersebut adalah laki-laki. Meski orang itu hanya sedang bekerja, tapi pertemuan mereka akan jauh lebih sering, bukan?

Hei! Di sini Zara bukan hanya takut terbawa perasaan, tapi dirinya juga takut tidak bisa menjaga diri sebagai seorang perempuan muslimah pada dasarnya.

“Mari, Mbak! Yang nyetir, biar saya saja. Mbaknya tinggal duduk manis di belakang. Biar saya jadi tour guide sekaligus sopir pribadi buat Mbak.” Tersenyum kecil, si lelaki itu membuka pintu mobil Zara lebar-lebar.

Terdengar sopan dan seperti laki-laki yang baik memang. Apalagi wajah lelaki itu nampak ramah jika dilihat di situasi saat ini. Terlihat juga dari gerakan tangan yang terulur ke depan—mempersilakan Zara untuk masuk ke dalam mobilnya.

Menghentakkan kaki pelan, Zara kepalang tanggung untuk menerima lelaki itu jadi tour guide. Toh uang bayaran juga sudah Lydia beri pada Yayasan tempatnya. Yang sekarang harus dilakukannya adalah, bersikap santai seolah Zara tidak pernah bertemu sama sekali dengan lelaki itu. Sebisa mungkin, dia akan gunakan wajah yang kata sebagian orang ini judes, agar lelaki itu tidak sok akrab padanya.

“Satu Minggu. Mbak Lydia bilang ke saya, kalau Mbak Zara akan liburan di Serang selama satu Minggu. Apa itu benar?” tanya si lelaki yang belum Zara ketahui namanya itu.

Zara yang memang masih menahan diri untuk masuk ke dalam mobil, sempat berdehem pelan. “Y-Ya, rencananya memang begitu. Lydia bilang dia akan menyusul sore nanti.”

“Bukannya besok ya, Mbak? Mbak Lydia bilang ke saya, kalau dia bakal nyusul besok pagi. Bawa satu temennya juga, siapa namanya ya? Saya lupa!”

“Sarah. Dia akan menyusul bersama Sarah. Dia teman saya juga,” sahut Zara dengan cepat.

Lihat selengkapnya