SATARUPA

Nawasena Afati
Chapter #18

16 : Tadabbur Alam yang Sebenarnya

“Terkadang, hanya perlu saling memahami satu sama lain untuk kita memulai suatu ikatan.”

***

Tak seperti Lydia dan Sarah yang benar-benar antusias saat mencari seekor umang, Zara memilih mengistirahatkan diri usai dia mengalami kambuhnya kecemasan saat di kapal siang tadi. Itu pun, atas persetujuan dari Arkhan sendiri. Justru lelaki itu yang meminta Zara untuk tidak berkeliling mencari seekor umang hanya untuk mendapatkan reward dari Lydia.

Tapi sekalipun tidak berkeliling, Zara tetap mengedarkan pandangan untuk mencari hewan itu. Siapa tau di sekitar sini, dia menemukannya tanpa disengaja.

Zara duduk di hamparan pasir putih Pulau Lima, sepasang mata dengan bola mata coklat itu menatap lautan luas di hadapannya. Sinar matahari sore kini lembut menyorot kulitnya—memberikan kehangatan yang cukup menenangkan. Zara tersenyum, dia begitu menikmati keheningan dan keindahan alam sekitarnya. Jujur saja, dia merasa bahagia dan juga merasa tenang. Zara merasakan bahwa ini adalah salah satu kegiatan tadabbur alam yang sebenarnya. Di mana ia bisa menikmati keindahan ciptaan Allah yang Maha Esa dan mencari ketenangan dalam jiwanya. Padahal niatan liburan ini adalah untuk riset bahan tulisan, tapi Zara tak menyangka—jika dia akan dipertemukan dengan tempat-tempat yang indah dan cantik. Tempat-tempat, yang justru menghadirkan getar rasa akan nilai religiusnya yang bertambah.

“Masyaa Allah, indah sekali.” Zara menyeru. Dia merasakan ketenangan perlahan masuk—menyeruak ke dalam dada.

Semua keindahan ini adalah bukti nyata, kalau Allah SWT tidak pernah tidur. Tak hanya memerintahkan seluruh Hamba-Nya untuk dekat Dengan-Nya agar terhindar dari masalah, tapi Allah juga menghadirkan ciptaan yang lain sebagai obat dari segala masalah.

Contohnya adalah pemandangan laut ini. Laut di Pulau Lima merupakan salah satu ciptaan Allah SWT. Dia memberikan sentuhan keindahan bukan hanya karena agar indah dipandang saja, tapi sebagai obat untuk manusia-manusia yang rapuh seperti Zara. Dengan melihat keindahan ini, manusia-manusia seperti Zara akan ingat kembali—kalau kasih sayang Allah SWT kepada Hamba-Nya itu tidak pernah lekang oleh waktu.

Dia justru semakin mencintai Hamba-Nya yang selalu bersyukur dan berusaha untuk dekat Dengan-Nya.

Di sela-sela Zara yang menikmati keindahan pantai di Pulau Lima, perempuan berbola mata coklat itu memicingkan pandangan. Tepat 5 meter dari tempatnya duduk, ada seekor hewan yang dicarinya hendak bersembunyi di dalam pasir.

Sadar jika harapannya terkabulkan, Zara melengkungkan senyum tipis. Dia lantas berjalan menghampiri, setelah menepuk bokongnya terlebih dahulu karena ada pasir yang tertinggal di pakaian belakangnya.

Zara kemudian berjongkok, dia memperhatikan lebih dulu aktivitas seekor umang yang sedang menggali pasir untuk tempat persembunyian. Dia benar-benar terhibur dengan pemandangan lucu saat ini. Dan tak sadar dengan kedatangan seseorang di belakang tubuhnya.

“Lucu ya, Mbak? Biarkan saja umang yang itu. Saya sudah dapat dua.”

Saat ada suara seseorang berkata, Zara baru melirik jika di depannya ada bayangan seseorang berdiri di belakang. Sedikit beringsut dan menolehkan kepala, Zara tertegun menatap Arkhan yang menjulang tinggi saat dilihat oleh Zara yang sedang berjongkok itu.

Lihat selengkapnya