“Senyum itu ibadah lho, Mbak. Selain kelihatan cantik, pahala juga buat yang senyum.”
***
Pantai Carita merupakan bagian dari hutan lindung di pesisir barat Banten yang sekarang berfungsi sebagai tempat wisata.
Dulunya, Pantai Carita merupakan bagian dari kawasan hutan lindung seluas 95 ha dengan kekayaan flora dan fauna di dalamnya.
Beberapa tumbuhan yang hidup di sini di antaranya alap-alap, pohon jati, dan pohon mahoni.
Sementara hewan yang berhabitat di hutan lindung ini yaitu biawak, lutung, ular sanca, dan lain-lain.
Karena potensi kekayaan alamnya yang tinggi, Menteri Pertanian akhirnya menetapkan pantai seluas 2,5 ha ini sebagai Taman Wisata Alam pada tahun 1978.
Hingga sekarang, Pantai Pasir Putih Carita ini masih dikelola dengan baik untuk membantu meningkatkan pendapatan ekonomi daerah.
“Senja sebentar lagi dateng. Kamu cari aku di sana ya nanti,” pamit Zara sebelum dia melenggang pergi pada Lydia.
Tak seperti Zara yang antusias menyambut kedatangan senja atau sunset di pantai, Lydia dan Sarah memilih mengistirahatkan tubuhnya setelah banyak beraktivitas. Mereka berdua hanya mengangguk paham saat Zara berpamitan untuk ke pantai melihat senja.
Melihat jika respon dua temannya tidak seantusias dirinya saat menyambut senja, Zara hanya mengedikkan bahunya acuh. Justru lebih baik dia sendirian saja saat melihat keindahan itu, lantas mengabadikannya di dalam kamera ponsel dengan merk apel digigit itu.
Zara kemudian melangkah dengan penuh antusias menuju pantai. Dia sudah berniat untuk duduk di atas pasir pantai saat menunggu kedatangan sunset atau senja. Ah, tak hanya itu. Ia juga ingin merasakan angin laut yang sejuk dan menikmati deburan ombak yang mengalun seperti suara musik klasik yang beraturan.
Maka begitu ia sampai di sana, Zara menghempaskan tubuhnya ke pasir yang terasa hangat—membiarkan butiran-butiran halus itu membelai kulitnya. Suara deburan ombak yang saling bersahutan menyapa bibir pantai—meninggalkan jejak busa putih yang perlahan menghilang. Mata Zara mengikuti garis cakrawala yang tak berujung, pikirannya melayang mengikuti deburan ombak itu. Angin laut pun membawa aroma asin yang menyegarkan, yang tentu saja tanpa sadar telah membuai Zara dalam ketenangan.
Pasir hangat itu kemudian terasa menyelimuti sepasang kaki Zara, sementara angin laut masih terus membelai wajah yang tersenyum itu. Zara menarik napas dalam-dalam, menghirup udara segar yang kaya akan oksigen ini. Setiap hembusan angin membawa serta butiran-butiran air laut yang menempel lembut di wajahnya. Dengan mata terpejam, ia merasakan setiap sentuhan alam—menikmati kesederhanaan dan keindahan pantai.
“Semua ini terasa menenangkan,” ucapnya lirih dengan mata masih terpejam erat—merasakan sentuhan alam itu semakin membuatnya terhanyut ke dalam buaian.