SATARUPA

Nawasena Afati
Chapter #23

21 : Fakta Tentangnya

“Hati itu milik Allah. Dia yang bisa menggerakkan hati manusia untuk jatuh pada siapa.”

***

Selama perjalanan liburan ini, Zara mengenal sosok Arkhana Xavier Alarich sebagai pribadi yang hangat dan perhatian. Tidak terhitung seberapa banyak lelaki itu melakukan hal-hal baik untuknya ataupun orang lain. Tapi siapa sangka, dibalik topeng hangatnya itu, tersimpan rahasia gelap yang membuat siapapun pasti akan merasa iba. Termasuk juga Zara Kalila Husna.

Tau apa yang terjadi setelah Arkhan menyeru lantang sore tadi? Saat itu dia mengatakan pada Zara kalau dirinya ingin sembuh tapi sulit. Perkataannya itu membuat Zara terombang-ambing dalam lautan pikirannya sendiri. Dia menduga-duga apa yang telah terjadi pada Arkhan? Sehingga dia dengan lantang berkata seperti itu.

“Sebenarnya apa yang terjadi sama dia?” tanya Zara dengan mata memandang ke arah pantai yang gelap itu.

Zara memang merasa puas ketika dia berhasil melihat senja dan berfoto di sana. Tapi dia menyayangkan suasana malam ini. Gelap dan terasa horor saat lampu-lampu di sekitar pantai hanyalah temaram.

“Ra!“ Tiba-tiba seseorang memanggil. Rupanya itu adalah Lydia dan Sarah.

“Kalian mau ke mana?” tanya Zara saat melihat Lydia dan Sarah seperti hendak bergegas ke suatu tempat.

“Kita mau karaokean di tetangga yang itu ya! Tadi sore pas kamu lihat sunset, kita sempat ngobrol-ngobrol sama mereka. Daripada kita gabut di sini, aku sama Sarah mau ke sana ya karaokean.” Lydia berkata begitu hanya untuk kembali meninggalkan Zara sendirian.

“Lagian, kamu kayanya lagi cari inspirasi ya? Kita berdua nggak mau ganggu kamu kalau lagi semedi gitu,” sahut Sarah yang diangguki oleh Lydia.

“Yaudah sana. Tapi ingat, jangan lebih dari jam 11 malam. Lewat jam segitu, villa aku kunci aja sekalian,” ancam Zara.

“Iya tenang aja. Lagian kamu mana tega kunciin kita ya, Sar? Masa iya kamu mau tidur berdua di villa bareng Arkhan?” Lydia menahan kedutan di bibir.

“Ingat pesanku!” tegas Zara tanpa menggubris perkataan Lydia sebelumnya.

Sepeninggal kedua temannya itu, Zara kembali ditemani oleh sunyi. Sebenarnya tidak sunyi-sunyi amat, karena banyak tetangganya di situ yang mengobrol ataupun karaokean seperti yang Lydia bilang.

“Asalkan deburan ombak itu masih terdengar jelas, aku akan tetap merasa tenang.” Zara tersenyum dengan pandangan menyorot ke arah pantai yang gelap itu.

Lihat selengkapnya