SATARUPA

Nawasena Afati
Chapter #24

22 : Foto Kenang-kenangan

“Sampai kapan pun, tidak akan ada orang yang benar-benar mengerti tentang kita. Kecuali, dia adalah orang yang mencintai kita atau dia adalah orang yang merasakan kesakitan yang sama.”

***

Mentari perlahan mengintip dari balik cakrawala, memancarkan sinar keemasan yang menari-nari di permukaan air laut. Sementara ombak selalu bersahutan dengan lembut, seolah mereka menyanyikan lagu selamat pagi untuk dunia. Udara pagi pun masih terasa sejuk membelai kulit—membawa aroma khas laut yang begitu menyegarkan.

Di antara keseluruhan keindahan alam di daerah Pantai Carita ini, seorang perempuan yang masih berpakaian piyama—sudah berdiri dengan menghadap ke arah laut dengan tangan bertautan ke belakang tubuhnya.

Garis bibirnya terbentuk sempurna kala tersenyum. Merasakan betapa tenangnya saat tadabbur alam seperti ini, dia berjanji tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu saat masih diberi kesempatan untuk menikmati keindahan alam dunia.

Perempuan yang tak lain adalah Zara itu menarik nafas dalam, dia merasakan pasokan oksigen merangsak masuk ke dalam paru-parunya yang kembang kempis itu. Rasa sejuk dari udara pantai di pagi hari memang membuat hatinya terasa tentram dan damai.

Pagi ini masih pukul 06.12 WIB, di mana Sang Surya belum lama keluar dari ufuk timur untuk menerangi dunia. Zara memang ketinggalan untuk melihat sunrise, tapi dia masih dapat melihat keindahan Sang Surya yang perlahan naik ke atas langit itu.

“Nggak sia-sia aku jadikan Kota Serang ini sebagai tempat buat liburan dan riset. Nyatanya aku mendapatkan banyak pengetahuan dan ide saat perjalanan ini,” kata Zara yang kini menarik tangannya ke udara. Dia mengangkat kedua tangannya itu dari bawah terus ke atas, seolah sedang mengambil banyak pasokan oksigen untuk dia hirup melalui hidung.

“Hah, melegakan sekali,” ujarnya setelah melakukan gerakan itu sebanyak 3 kali.

Sama seperti Zara, para pengunjung yang lain pun mulai keluar dari Villa mereka untuk turun ke pantai. Meski air laut akan terasa cukup dingin saat pagi hari seperti ini, tapi tetap tak menyurutkan niat mereka untuk merasakan dinginnya air laut tersebut.

Melihat sekeliling, di mana orang-orang mulai satu persatu membasahi pakaiannya dengan air laut, Zara tertarik untuk membasahi kakinya dulu. Dia sebenarnya tidak berniat untuk berenang, karena jujur saja Zara takut terbawa ombak. Tapi jika itu di pesisir, Zara mungkin akan melakukan itu.

Berjalan mendekati air laut, Zara memandang jauh ombak di lautan yang selalu berdebur kencang. Buihnya yang berwarna putih itu menjadi sisa saat ombak menyentuh pesisir pantai.

Karena memang sudah niat ingin melihat sunrise, Zara mengeluarkan ponsel dari dalam saku baju piyamanya. Dia memposisikan ponsel itu ke arah ombak yang berjalan menuju kakinya.

Dengan video yang sudah berdurasi 20 detik itu, Zara tersenyum kecil saat akhirnya ombak menyentuh kaki telanjangnya. Rasa dingin lantas menyeruak masuk ke dalam pori-pori kulit, tapi itu tidak menjadikan Zara menarik kakinya dari air laut. Perempuan itu justru ketagihan dengan aktivitas yang sedang dia lakukan.

Lihat selengkapnya