“Karena yang mengenal, belum tentu dia bisa memahami suara hati seseorang.”
***
Angin laut membawa aroma asin yang segar, menggelitik indera penciuman siapa saja yang menghirupnya. Pada pukul sembilan pagi, suasana Pantai Carita itu sudah mulai ramai. Anak-anak berlarian ke sana kemari membangun istana pasir, sementara orang dewasa berenang di pantai. Gelak tawa mereka berpadu dengan suara ombak yang bergulung ke tepian—menciptakan harmoni yang menenangkan. Pun dengan para pedagang makanan dan minuman yang mulai sibuk melayani pengunjung yang lapar dan haus. Bahkan aroma khas gorengan dan es kelapa muda memenuhi udara, semakin menambah semarak suasana.
Di antara hiruk-pikuk aktivitas para pengunjung Pantai Carita itu, 4 orang dewasa tengah sibuk mengenakan pelampung di tubuh mereka. Dua di antara mereka saling membantu merekatkan ikatan pelampung, dua di antara yang lainnya sudah dibantu oleh seorang pemandu wisata.
Keempat orang itu adalah Zara, Arkhan, Lydia, dan juga Sarah. Mereka berempat berencana untuk naik wahana banana boat yang akan membawa mereka berkeliling di sekitar Pantai Carita.
Meski pada awalnya Zara menolak karena takut tenggelam, tapi bujukan dari Lydia dan Sarah membuatnya tak terbantahkan. Zara mau mengikuti wahana banana boat itu dengan syarat, kalau banana boat itu dijatuhkan di area pesisir pantai. Tidak dalam jarak yang jauh seperti orang-orang sebelum mereka.
“Nggak bakal tenggelam, Neng. Nanti kalau tenggelam, ada Abang yang tolongin,” ucap seorang pria yang bekerja sebagai pemandu wisata di sana.
“Abang nggak perlu nolongin Zara, udah ada cowoknya,” gurau Lydia dengan mengedikkan dagu pada Arkhan.
Zara yang merasa terpojokkan di sini mendengus kesal atas gurauan Lydia. Meski perkataan Lydia mengundang kupu-kupu di dalam perutnya, tapi tidak serta-merta membuat Zara senang begitu saja. Dia justru merasa tak enak hati pada Arkhan yang dibawa-bawa namanya oleh Lydia.
Saat Zara tak sengaja melirik Arkhan, lelaki itu nampak mengulas senyum kecil atas respon tak enak hati dari Zara.
“Ayo semuanya naik ke sini!” Lalu, seruan dari sang pemandu wisata membuat atensi mereka teralihkan.