SATARUPA

Nawasena Afati
Chapter #31

29 : Antara Cinta dan Luka

“Jika kita ingin kembali merasakan ketenangan dalam jiwa, maka ciptakanlah ketenangan itu dalam jiwamu terlebih dahulu.”

***

Di hari Rabu ini, lebih tepatnya pada pukul 10 pagi WIB, Zara duduk di kursi yang sama dan di ruangan yang sama pula. Ruangan itu adalah tempat yang menurutnya paling aman, dan juga tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus menyembunyikan apa pun. Memang, belum lama dia lakukan. Tapi untuk datang ke tempat itu, membuatnya mengalami pergolakan batin yang tidak sedikit. Sampai pada akhirnya, Zara memutuskan untuk datang ke tempat itu sudah 3 bulan yang lalu. Sekalipun masih tidak rutin untuk datang.

Tepat di hadapannya kini, ada seorang perempuan yang usianya lebih tua dari Zara. Dia adalah Sheila Atmaja, selaku Psikolognya. Di hadapan Sheila, Zara perlahan-lahan mulai menceritakan hal-hal yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Meski pada awalnya cerita itu mengalir datar, karena Zara masih malu-malu kucing untuk berkonsultasi, tapi pada akhirnya cerita itu mengalir dari bibirnya.

“Aku bertemu dengannya pertama kali di Hotel, Kak. Saat itu, kecemasanku kambuh. Seperti yang Kak Sheila tau, kalau saat kecemasan berlebih itu datang—aku sulit buat kontrol. Pokoknya pikiranku itu blank dan nggak bisa ngapa-ngapain selain berusaha buat nafas. Singkat cerita, kecemasan itu berangsur-angsur membaik. Aku keluar kan dari toilet, dan di situ aku pertama kali ketemu sama dia. Siapa yang sangka kalau saat kecemasanku kambuh, ada seseorang yang memperhatikan dan dia seorang lelaki? Di situ pikiranku langsung buntu, Kak.” Zara mulai bersemangat menceritakan kisahnya bertemu dengan Arkhan.

Sementara sosok Sheila, dia bertopang dagu kala Zara menceritakan kisah manisnya saat bertemu dengan lelaki pemilik senyum meneduhkan itu.

“Lalu, apa yang terjadi pada kalian?” tanya Sheila, penasaran.

“Dia terus bilang sesuatu yang familiar buat aku. Dia nyebutin beberapa teknik relaksasi dan teknik pernafasan kalau lagi cemas menyerang. Aku bengong lah, Kak. Kaya kaget aja, kok ada orang asing tiba-tiba tau kalau aku tuh lagi kena anxiety?”

Adegan di mana saat pertemuan itu seolah terputar lagi di memori otaknya Zara. Berbagai ekspresi wajah diperlihatkan oleh sosok Penulis itu, yang tanpa disadari oleh Zara—Sheila sudah menahan senyumnya saat dia mendapati sesuatu hal dari ekspresi wajah Zara.

“Udah bilang itu, dia malah pergi gitu aja,” lanjut Zara dari perkataan sebelumnya.

Lihat selengkapnya