“Karena nyaman juga awal dari sebuah ikatan terjalin.”
***
Pandangan Zara masih terpaku pada layar ponsel yang bergetar pelan, menunggu keputusan yang membuatnya gelisah. Di satu sisi, ada keinginan untuk menghubungi Arkhan, lelaki yang beberapa hari ini membuat pikirannya terusik. Namun, di sisi yang lain, keraguan menghantuinya—apakah pesan itu akan dianggap terlalu agresif bagi dirinya yang belum lama kenal?
Di sela-sela itu, Zara masih mengingat dengan jelas percakapan mereka sebelumnya, bibir yang berbagi cerita itu, dan tatapan yang seolah menyimpan banyak arti dan misteri. Jujur, Zara ingin lebih tau lagi tentangnya. Namun, ketakutan akan penolakan membuatnya ragu. Zara menggigit bibirnya, menimbang apakah keberanian untuk mengirimkan pesan lebih berharga daripada kemungkinan Arkhan merespon buruk?
Dalam keheningan ruangan kamarnya, pikiran Zara berperang, dan jari-jarinya bergetar di atas layar ponsel, seolah menunggu sinyal untuk mengambil langkah pertama.
“Chat atau nggak ya?” gumam Zara.
Perihal niatan untuk meminta izin kalau kisah Arkhan ia jadikan tulisan, bahkan sama sekali belum tersampaikan pada lelaki itu. Setelah liburan itu berakhir, Zara juga tak mendapati notifikasi masuk dari nama kontak Arkhan.
“Mungkin, bertanya kabar saja dulu ya?”
Sekelebat ide terbayang dalam benaknya. Tidak ada yang salah dengan bertanya kabar, kan? Apalagi perpisahan mereka diiringi kesedihan Arkhan yang masih belum mereda.
Ya! Bertanya kabar sepertinya jalan yang baik.
Dua ibu jari milik Zara lantas menari-nari pada keyboard ponsel usai ia menekan kontak Arkhan di aplikasi WhatsApp. Meski sedikit ragu, tapi Zara menyelesaikan satu kalimat yang berisi tentang bertanya kabar pada lelaki itu.
Masih belum dikirimkan, karena hati Zara rupanya belum siap kalau ada penolakan ataupun respon buruk dari lelaki di seberang sana. Dia khawatir, Arkhan akan menilainya ingin tau urusan orang lain jika nekad seperti ini.
“Arghh, kamu membingungkan saja,” keluh Zara seolah-olah Arkhan ada di hadapannya seperti yang lalu.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Room chat Arkhan tersebut tiba-tiba saja masuk satu pesan dari Arkhan. Zara memang terkejut, seolah mereka terhubung dalam waktu yang bersamaan. Tapi lebih terkejut lagi, ketika pesan dikirimkan oleh Arkhan seketika saja berubah status sudah dibaca karena Zara masih berada di room chat itu.
Arkhan
Assalamualaikum, Mbak. Bagaimana kabarnya?
Zara terbelalak ketika apa yang dia ketik di room chat namun belum dikirimkan, ditulis lebih dulu oleh Arkhan. Lelaki itu seolah tau isi hatinya.
Mbak mau bilang sesuatu pada saya?
Pesan kedua yang dikirimkan oleh lelaki itu membuat Zara refleks menghapus pesan yang sebelumnya sudah ia ketik. Zara lupa, kalau ia akan terlihat sedang mengetik oleh Arkhan.
Mbak Zara?
Pesan ketiga Arkhan kirimkan lagi. Dan kali ini sukses membuat pipinya bersemu tiba-tiba. Sial, Zara merutuk dirinya sendiri. Bisa-bisanya ketahuan begini oleh Arkhan?
Wa'alaikum salam. Ya. Saya tadinya mau tanya kabar kamu, Arkhan. Apakah kamu sudah baik-baik saja dari terakhir kita bertemu? Ternyata, kamu sudah mengirim pesan itu lebih dulu