“Pertemuan singkat akan sangat berarti jika itu bersama dengan orang yang tepat. Maka, hargailah sebuah pertemuan itu selagi masih ada kesempatan.”
***
Zara duduk di sebuah ruangan yang saat ini begitu ramai. Saat ia menatap langit-langit ruangan itu, kenangan pertemuan pertamanya dengan Arkhan melintas dalam pikiran, seolah baru kemarin terjadi. Ternyata, hari itu sudah enam bulan berlalu. Mereka bertemu secara tak terduga di lorong toilet sebuah Hotel. Zara masih ingat, jika saat itu dirinya tengah dilanda kecemasan berlebih. Hingga terkejut ketika seorang lelaki memergokinya sedang dilanda kecemasan.
Kejadian canggung itu lantas segera berubah menjadi tawa, saat mereka dipertemukan lagi sebagai klien dan penyedia jasa. Arkhan, dengan senyumnya yang hangat dan pandangan mata yang dalam, membuat Zara merasa nyaman. Percakapan mereka mengalir tanpa hambatan, seolah mereka sudah saling mengenal sejak lama. Bahkan di saat Arkhan tanpa sengaja tau kalau Zara adalah orang dengan mental issues, lelaki itu tak sama sekali membahas masalah itu di depan orang lain. Dia teramat menjaga perasaan Zara.
Kini, setengah tahun itu sudah berlalu, dan hubungan mereka telah berkembang pesat. Ikatan persahabatanlah yang mereka pilih alih-alih hubungan asmara. Zara tersenyum mengingat momen-momen sederhana yang mereka lewati—berjalan di tepi pantai, berbagi cerita di malam hari, dan saling mendukung dalam impian masing-masing. Meskipun banyak tantangan yang mereka hadapi, ingatan tentang pertemuan pertama itu selalu membuatnya merasa bersyukur, seolah hari itu adalah awal dari sesuatu yang luar biasa dalam hidup Zara.
Terlebih, ikatan mereka menguat setelah adanya kontrak kerjasama antar keduanya. Sebuah novel yang melatarbelakangi kisah hidup Arkhan, yang menjadi pendorong dalam hubungan itu terjalin.
Dalam jangka waktu enam bulan ini, Zara berhasil menghadirkan tokoh yang dicintai oleh para pembaca. Sebuah cerita yang sengaja Zara publikasikan di platform menulis resmi, serta ia viralkan melalui sosial media—telah membuat banyak orang turut merasa simpati pada tokoh baru yang diciptakan tersebut.
Tidak hanya baik untuk karier Zara sebagai seorang Penulis, tapi Arkhan sebagai orang yang ada di latar belakang itu juga ikut meraih kesuksesannya. Berbekal dari uang hasil kerjasamanya dengan Zara, Arkhan keluar dari pekerjaannya dan memilih untuk usaha sendiri. Dia membuka sebuah cafe aesthetic di tengah-tengah kota yang sekarang menjadi mata pencahariannya.
Mereka berdua pun masih saling berkomunikasi. Bertukar cerita, ataupun berbagi suka duka bersama. Meski begitu, ikatan persahabatan itu masih tetap terjalin utuh. Mereka mencoba sepakat untuk tidak merubah ikatan itu, kecuali Allah SWT yang mengubah alurnya.
Seperti pagi ini, kedua sahabat itu berada di sisi yang berbeda namun di satu tempat yang sama. Zara, berada di depan sana dengan dress vintage berwarna baby blue. Perempuan itu sedang duduk di acara meet and great yang diadakan oleh penerbitan nasional.
Acara meet and greet Zara sebagai penulis berlangsung di sebuah ruangan yang hangat dan penuh semangat. Dinding-dindingnya dipenuhi poster buku-buku terbitan terbarunya, sementara meja kayu di depan dihiasi bunga segar dan tumpukan novel yang siap ditandatangani. Suasana di dalam ruangan itu dipenuhi oleh antusiasme para penggemar yang sudah menunggu dengan sabar.
Zara, yang hari ini nampak cantik sekali berdiri di depan para penggemarnya dengan senyuman lebar. Di sekelilingnya, suara tawa dan obrolan ringan mengisi udara. Beberapa penggemar membawa poster dan buku lama untuk ditandatangani, sementara yang lainnya mengajak Zara berfoto. Ia dengan ramah melayani semua permintaan, menyapa setiap orang dengan hangat dan mendengarkan cerita mereka tentang bagaimana bukunya memengaruhi hidup mereka.
“Mohon semuanya untuk duduk sekarang! Kita akan mendengarkan Kak Zara yang akan berbagi pengalaman menulisnya pada kita semua.” Lalu, suara sang pembawa acara nampak menggema di ruangan itu. Beberapa orang bahkan mengatur posisi duduk pengunjung yang datang ke acara tersebut. Termasuk sosok Arkhan yang berdiri di barisan paling belakang, dia turut membantu mengkondisikan para pengunjung agar kondusif.