Satru Mataram [Sepasang Pendekar Pedang Cinta]

Oleh: Sri Wintala Achmad

Blurb

Jenis Karya: Novel (Fiksi Sejarah)
Judul: Satru Mataram [Sepasang Pendekar Pedang Cinta}
Karya: Sri Wintala Achmad

Satru Mataram (Sepasang Pendekar Pedang Cinta) merupakan novel (fiksi sejarah) dengan latar belakang pemerintahan Penembahan Senapati di Kesultanan Mataram (1587-1601) yang diwarnai dengan perluasan wilayah kekuasaan dan pemberontakan Adipati Pragola dari Pati. Dengan demikian, fiksi sejarah yang berorientasi pada naskah Babad Tanah Djawi tersebut cenderung mengisahkan tentang pasca peristiwa perseteruan politis antara Panembahan Senapati versus Ki Ageng Mangir Wanabaya. Seorang penguasa dari Pedukuhan Mangir yang masih memiliki hubungan darah dengan Prabu Brawijaya (penguasa Majapahit terakhir).
Secara garis besar, kisah di dalam Satru Mataram menceritakan tentang pengabdian Bagus Badranaya atau Jaka Satru (putra Ki Ageng Mangir Wanabaya dan putri Pembayun) di Kesultanan Mataram. Pengabdian dari seorang pemuda (murid) Padepokan Karanglo di Desa Toyamas yang berdasarkan ajaran Ki Ageng Karanglo di mana setiap manusia tidak diperbolehkan menanam dendam kepada siapapun, termasuk kepada Panembahan Senapati. Kakeknya yang konon tega membunuh ayahandanya sendiri.
Semangat Bagus Badranaya untuk mengabdi pada Mataram pula berangkat dari bisikan gaib yang ditangkap di makam Ki Ageng Mangir Wanabaya di Desa Banaran. Di mana sebagai putra Mataram memiliki kewajiban untuk mengabdi kepada tanah tumpah darahnya sampai tetes darah penghabisan. Sekalipun Panembahan Senapati dan beberapa orang Mataram tetap menghendaki kematiannya.
Karena dikehendaki kematiannya oleh Panembahan Senapati, Bagus Badranaya di dalam mengabdi pada Mataram menggunakan nama samaran Jaka Satru. Mula-mula pengabdian Jaka Satru diterima sebagai lurah tamtama. Karir Jaka Satru meningkat sebagai senapati perang berkat rekayasa Reksaraga dan Reksasukma (mantan murid Ki Ageng Mangir Wanabaya) dan usulan Tumenggung Alap Alap kepada Panembahan Senapati.
Sebagai senapati perang, Bagus Badranaya beserta Sekarsari kekasihnya tidak hanya turut mempertahankan Kesultanan Mataram dari serbuan pasukan gabungan negara-negara bang wetan di bawah kepemimpinan Adipati Pasagi dan Rangga Lelana, namun pula turut mewujudkan keberhasilan Mataram dalam menaklukkan Kadipaten Malang dan Lamongan. Namun prestasi besar pengabdian Bagus Badranaya tersebut tidak disertai dengan buah yang manis. Bahkan Bagus Badranaya dituduh oleh orang-orang Mataram telah meracun Panembahan Senapati yang sakit keras itu sesudah menghidangkan masakan daging sepasang burung berbulu kuning di dalam ruang pribadinya.
Menjelang akhir cerita, Bagus Badranaya yang dapat mengatasi krida orang-orang Mataram itu lenyap tersapu pusaran angin besar yang bergerak dari alun-alun pungkuran ke arah selatan. Karenanya orang-orang Mataram menduga, kalau jasad dan jiwa Bagus Badranaya yang lenyap bersama wafatnya Panembahan Senapati telah dikehendaki Ratu Kidul. Seorang Penguasa gaib Laut Selatan.

Lihat selengkapnya