"Tuan yang baik hati
Surat ini dirangkai sebab rasa gundah dalam hati
Bagaimana bait-bait ini nanti membuatmu berpikir
Tolong maafkan saya yang tak tahu diri
Tidak ada paksaan untuk kembali berkawan bahkan kembali haha-hihi
Di ruang aksara kita saling bertemu
Selaras dan sepaham
Berbeda justru membuat kita akur dalam rasa
Kau menyusup jadi orang yang saya suka
Padahal rupa senyum itu hanya ku jamah dalam layar genggaman
Tuan berbahu tangguh
Wujud mu serupa angan-angan ku
Yang tak hanya hangat dalam jabatan tanganmu tapi menyusup pula hangat di hati ku
Malam-malam tak ada yang lebih indah dari waktu itu
Meski bersama hanya semalam suntuk
Kau rupanya membuat rasa nyaman yang tidak bisa dibendung
Gila saya tuan sejak merasa debar itu
Waras ku kalah dengan rasa yang terus ingin dekat dengan mu
Tuan yang selalu menuruti mau ku
Kau pemuda yang harusnya tak ku biarkan berkelana di hati ku
Menampik penilaian mereka yang selalu curiga pada kita sejak hari itu
Tapi cara mu berpikir lebih memikat dan menarik kagum ku
Pun cara mu bersikap selalu membuat ku bersyukur jatuh pada pesona mu
Hari-hari mendengar Renyah tawa kita adalah kesukaan ku
Berdua dari pertemuan yang terjamah hingga visual hingga tertidur lelap
Tuan yang pikirannya luas
Mimpu mu sungguh besar dan saya tak berniat jadi pembatas
Saya sepenuhnya sadar akan ditolak sebab berjuang mu bukan tentang asmara
Namun apa daya perempuan yang hatinya secara tak sadar kau sembuhkan
Saya mencari jalan yang penuh lampu merah dan palang pintu yang lama
Namun laju di dada terus bertambah dan banyak
Cepat atau lambat rasa-rasa harus saya ungkapkan
Apalagi cemburu kerap menyulut ego-ego yang tak mau kalah
Maka di goresan pena ini saya hanya mampu mengutarakan
Tuan yang sering saya ganggu
Datang ku selalu mencari alasan untuk bertemu
Sebentar saja asal saya bisa melihat mata mu
Bila akhirnya ku utarakan ‘Saya mencintaimu’
Percayalah ini buka sebuah bayangan semu
Jogja dan kau sudah jadi istimewa di hati ku
Tuan yang suka singgah ditempat para dewa
Ku pastikan kau membaca kala kita tak bisa langsung bertatap muka
Sebab aku payah dalam mengutarakan rasa
Saya pun yang tak mampu melihat kita dingin dalam sekejap mata
Surat ini ditulis bukan untuk meminta balasan cinta
Namun aku tak mau jadi yang menyesal sebab tak mengutarakan rasa
Maka setelah ini bila kita tak baik-baik lagi
Saya ingin kau terus melaju tanpa henti
Nanti saya ingin mendengar kabar mu yang meraih mimpi
Dan bila kita bertemu tanpa di duga di lain hari
Ku harap senyum masih kau berikan untuk saya yang pernah tak tahu malu ini
Maka sampai disini surat ini harus ku akhiri
Terima kasih untuk banyak pertemuan di hari kemarin
Terima kasih sudah baik 🙂
Aku tak menyesal menghabiskan waktu ku bersama mu
Aku tak menyesal telah membuat kekacauan di hidup mu
Aku tak menyesal bila kau kenang lewat sebuah hari lalu yg buruk